Top Headlines

25 November, 2009

Budi Daya Padi Sawah Bagian 2

C. Pengolahan Hasil
Teknik penggilingan padi yang baik melalui tahapan proses sebagai berikut :
1. Persiapan bahan baku
Untuk menghasilkan beras yang berkualitas harus menggunakan bahan baku gabah yang berkualitas pula. Gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah, kapan dipanen, kadar air gabah dan langsung dikeringkan sampai kadar air 14%, baik melalui penjemuran atau menggunakan alat pengering. Penundaan gabah kering panen lebih 2 -3 hari akan menimbulkan kuning. Gabah yang sudah kering sebaiknya dicegah tidak kehujanan karena dapat meningkatkan butir patah dan menir. Usahakan gabah yang digiling adalah gabah kering panen (GKG) yang barau dipanen agar penampakan putih cerah dengan cita rasa yang belum berubah. Bila menggunakan gabah kering yang telah disimpan lebih dari 4 bulan atau 1 musim, maka penampakan beras tidak optimal (buram) dan terjadi perubahan cita rasa (tingkat kepulenan menurun).
2. Proses Pemecahan Kulit
Pada proses ini, mula-mula tumpukan gabah (GKG) disiapkan di dekat lubang pemasukan (corong sekam) gabah. Mesin penggerak dan mesin pemecah kulit dihidupkan, kemudian corong sekam dibuka-tutup dengan alat klep penutup. Proses pemecah kulit dilakukan 2 kali (ulangan) dan diayak 1 kali dengan alat ayakan beras pecah kulit agar dihasilkan beras pecah kulit (BPK). Ayakan BPK untuk varietas butir bulat (ukuran lubang ayakan 0,8 inci) dan butir panjang (ukuran lubang ayakan 1 inci) berbeda. Proses pemecah kulit berjalan baik bila butir gabah pada beras pecah kulit tidak ada. Namun bila masih banyak butir gabah harus distel kembali struktur rubber roll dan kecepatan putarannya.
3. Proses Penyosohan Beras
Proses ini menggunakan alat penyosoh tipe friksi yaitu gesekan antar butiran, sehingga dihasilkan beras yang penampakannya bening. Beras pecah kulit disosoh 2 kali. Penyosohan pertama menggunakan mesin penyosoh tipe kulit friksi (dapat digunakan merk ICHI N 120 kapasitas 1200 kg per jam) dan sosoh kedua menggunakan mesin penyosoh merk ICHI N 70 kg per jam). Perlu diperhatikan kecepatan putaran untuk mencapai beras berkualitas adalah 1100 rpm dengan menyetel gas pada mesin penggerak dan menyetel katup pengepresan keluarnya beras. Proses penyosohan berjalan baik bila rendemen beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%. Untuk mengelompokkan kelas mutu beras dapat ditambah ayakan beras. Dianjurkan menggunakan alat penyosoh tipe friksi karena menghasilkan kehilangan hasil selama penggilingan terendah (3,14% dibanding alat penyosoh tipe abrasive (3,54%).
Usaha meningkatkan mutu beras hasil giling tergantung dari produk akhir yang diinginkan konsumen. Ada 3 jenis preferensi kondumen terhadap beras, yaitu beras bening, beras putih dan beras mengkilap. Untuk memproduksinya diperlukan proses yang berbeda. Untuk pembuatan beras dengan penampakan bening menggunakan alat penyosoh tipe friksi, untuk beras putih menggunakan alat penyosoh tipe abrasive dan untuk beras putih menggunakan alat penyosoh sistem pengkabutan.
4. Proses Pengemasan
Beras hasil giling sebaiknya tidak langsung dikemas, sampai sisa panas akibat penggilingan hilang. Jenis kemasan disarankan memperhatikan beras isinya. Untuk kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya. Sedangkan untuk yang ukuran 5 kg dapat dengan kantong plastik dengan tebal 0,8 mm. Fakta yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan kemasan, bahan kemasan (sebaikknya bersifat tidak korosif dan tidak mencemari produk beras, kedap udara atau pori-pori penyerapan uap air dari luar tidak mengganggu peningkatan kadar air beras dalam kemasan), serta label kemasan untuk beras hendaknya mencantumkan nama varietas (untuk menghindari pemalsuan).
5. Proses Penyimpanan
Tempat penyimpanan beras yang harus diperhatikan adalah kondisi tempat penyimpanan harus aman dari pencurian dan tikus, bersih, bebas kontaminasi hama (Caliandra sp. Dan Tribolium sp.) dan penyakit gudang, ada pengaturan aerasi, tidak bocor dan tidak lembab. Sebelum beras disimpan sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Karung keras diletakkan diatas bantalan kayu yang disusun berjejer dengan jarak 50 cm untuk pengaturan aerase, tidak langsung kontak dengan lantai untuk menghindari kelembaban, memudahkan pengendalian hama, serta teknik penumpukan beras (Aak, 1990).
D. Penyiapan Benih
Padi merupakan tanaman bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia sehingga mempunyai peran yang strategis. Padi dapat ditanam di 2 jenis lahan utama yaitu sawah dan ladang. Sebagian besar petani menanam padi dengan menggenangi lahannya dalam bentuk padi sawah dan dilakukan dengan beda tanam setelah benih dibibitkan terlebih dahulu. Kondisi tanah yang selalu tergenang menyebabkan lingkungan tanah kurang kondusif bagi tanaman padi, sedangkan penanaman padi dengan pindah tanam menyebabkan kerusakan akar. Hal ini menyebabkan budidaya padi menjadi tidak efisien dalam penggunaan sumberdaya dan hasil padi menjadi rendah, oleh karena itu dikembangkan sistem budidaya padi dengan menggabungkan teknologi yang efisien dalam penggunaan sumberdaya. Teknologi budidaya padi yang dikembangkan antara lain penyiapan benih, pembibitan, irigasi dan pemupukan yang dikombinasikan menjadi satu paket teknologi budidaya padi.
Penyiapan benih dilakukan dengan uji kualitas menggunakan larutan garam menghasilkan benih dengan vigor tinggi. Perendaman benih terpilih dengan larutan pupuk organik cair dapat mempercepat dalam meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan. Bibit yang dihasilkan ditanam pada umur 7-10 hari dengan sistem tanam tunggal. Dalam penanamannya digunakan sistem tanam tunggal dengan satu bibit tiap lubang sehingga dapat efisien dalam menggunakan benih. Penggunaan pupuk organik cair yang diberikan melalui daun dan dilakukan secara periodik juga lebih efektif. Implementasi teknologi budidaya. padi dengan teknologi menghasilkan jumlah anakan, malai dan gabah yang lebih banyak, serta bobot gabah yang lebih tinngi (Anonim, 2008)
E. Pemasaran Hasil
Pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen. Disamping penafsiran ini terdapat pula pandangan yang lebih luas, yang menyatakan pemasaran merupakan proses kegiatan yang mulai jauh sebelum barang-barang atau bahan-bahan masuk dalam proses produksi. Menejemen pemasaran merupakan kegiatan penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program-program yang di buat untuk membentuk, membangun, dan memelihara, keuntungan dari pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang (Assauri, 1987).
Pemasaran berarti kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar. Pemasaran berarti bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan melalui proses individu-individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain (Kotler, 1990).
Manajemen pemasaran berlangsung bila sekurang-kurangnya satu pihak mempertimbangkan sasaran dan sarana untuk memperoleh tanggapan yang diharapkan dari pihak lain pada suatu pertukaran yang potensial. Manajemen pemasaran mempunyai tugas untuk mempengaruhi tingkat, jangkauan waktu, dan komposisi permintaan dalam suatu cara sehingga membantu suatu organisasi untuk mencapai sasarannya (Kotler, 1990).
Latihan dan pengembangan karyawan mempunyai berbagai manfaat karier jangka panjang yang membantu karyawan untuk tanggungjawab lebih besar di waktu yang akan datang. Program-program latihan tidak hanya penting bagi individu, tapi juga organisasi dan hubungan manusiawi dalam kelompok kerja, dan bahkan bagi negara (Handoko, 1987).

F. Penyuluhan
Menurut Suzuki (1984) dalam Departemen Kehutanan (1996), beberapa prinsip metode penyuluhan yang meliputi :
1. Pengembangan untuk berfikir kreatif.
2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan sasaran.
3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya.
4. Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasarannya.
5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.
Metode penyuluhan seringkali digolongkan menurut target orang yang menghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh lapangan. Penggolongan metode penyuluhan ini dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Metode perseorangan
2. Metode kelompok
3. Metode massa
(Suhardiyono, 1992).
Penyebaran brosur, folder, leaflet, dan majalah adalah teknik penyuluhan yang dibagikan kepada masyarakat pada saat-saat tertentu, antara lain pada saat pameran, kursus tani, temu wicara, temu karya, temu tugas, temu usaha, temu lapang dan lain-lain, atau berlangganan (khusus untuk majalah). Teknik ini bertujuan untuk mempublikasikan atau menyebarluaskan informasi pertanian dan memperjelas informasi pertanian kepada petani (Mardikanto dan Wijianto, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta
Anonima. 2008. Teknik Penggilingan Padi Yang Baik. agribisnis.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 15 Maret 2008 pukul 21.15
---------b, 2008, Perbaikan Sistem Budidaya Padi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani. http://www.umy.ac.id. Diakses pada tanggal 12 Maret 2008 Pukul 17.00 WIB
---------c, 2008, Hama dan Penyakit Pada Tanaman Padi. http://www.agrimart.com Diakses pada tanggal 12 Maret 2008 Pukul 17.00 WIB
Assauri, Sofjan. 1987. Manajemen Pemasaran. Rajawali Pers. Jakarta.
Biro Pusat Statistik, 1996. Survei susut pascapanen MT. 1994/1995 Kerjasama BPS, Ditjen Tanaman Pangan, Badan Pengendali Bimas, Bulog, Bappenas, IPB, dan Badan Litbang Pertanian.
Damardjati, D.S. 1979. Pengaruh tingkat kematangan padi (Oryza sativa L.) terhadap sifat dan mutu beras. Thesis M.S. Institut Pertanian Bogor (Tidak dipublikasikan).
Damardjati, D.S., H. Suseno, dan S. Wijandi. 1981. Penentuan umur panen optimum padi sawah (Oryza sativa L.). Penelitian Pertanian 1 : 19-26.
Damardjati, D.S., Suismono, Sutrisno dan U. S. Nugraha. 1988. Study on harvesting losses in difference harvest tools. Sukamandi Research Institute for Food Crops.
Departemen Kehutanan. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Junandar Uun. 2008. Analisis Padi Sawah di Kabupaten Pandeglang. "http://dispertanak.pandeglang.go.id/artikel_07.htm". diakses pada tanggal 3 Maret 2008, pukul 21.00.
Kotler, Philip. 1990. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta.
Keputusan Menteri Pertanian, 2003 http: //dokumen. deptan.go.id /doc/ BDD2. nsf/828b6c655a82612e4725666100335d9e/9fc081a86612b091c7257118002d070e?OpenDocument. Diakses pada tanggal 15 Maret 2008, pukul 21.00.
Nugraha, S., A. Setyono dan D.S. Damardjati. 1990b. Penerapan teknologi pemanenan dengan sabit. Kompilasi hasil penelitian 1988/1989. Pascapanen Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Rumiati dan Soemardi, 1982. Evaluasi hasil penelitian peningkatan mutu padi dan palawija. Risalah Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Cibogo, 5-6 April 1982. Bogor.
Rumiati, 1982. Cara panen dan perontokan padi VUTW untuk menentukan jumlah kehilangan. Laporan Kemajuan Penelitian Seri Teknologi Lepas Panen No. 13 Sub Balittan Karawang.
Setyono A., dan A. Hasanuddin. 1997. Teknologi pascapanen padi. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan di BPLPP Cibitung, tanggal 21 s/d 25 Juli 1995.
Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan Petunjuk bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Totok Mardikanto dan Arip Wijianto. 2005. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Jurusan/Progdi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.



0 komentar:

Post a Comment

Saran dan KIritik terhadap blog ini akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan dan kekreatifan blog ini

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More