T6 Jurus Kilat Agar Wanita Capai Orgasme

Ketika melakukan seks dengan pasangan biasanya para lelaki hanya memikirkan kepuasan diri semata tanpa memperdulikan kepuasan dari wanita pasangannya.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Top Headlines

28 June, 2011

Foto Hot Terbaru Dewi Perssik terlihat anunya Untuk 18 Tahun

Artis Dewi Perssik Tak Salah di Cap sebagai artis panas lihat foto panasnya Meski banyak mendapat kritikan, film-film horor di tanah air toh nyatanya masih banyak digemari oleh masyarakat. Buktinya, film horror sensual kembali dibuat. Kali ini, film tersebut bertajuk PACAR HANTU PERAWAN. Dengan memasang Dewi Perssik, Vicky Vette, Misa Campo, Jonathan Frizzy, dan Olga Syaputra, film horor dengan banyak adegan berbikini ini siap dirilis ke masyarakat.


Setelah 'bertarung' dengan Julia Perez dalam 'ARWAH GOYANG KARAWANG', Dewi Perssik siap muncul kembali dalam film horror lainnya yang berjudul, 'PACAR HANTU PERAWAN'. 


Foto-foto di bawah ini penampakan dewi perssik dalam fil terbarunnya dikutip dari kapanlagi.com












Ups Tampaknya masih malu-malu tapi lihat foto selanjutnya dewi persik tampaknya tidak malu2 menampakkan putingnya walau samar terlihat




Artis yang selalu membuat kehebohan dan tampaknya modus murahan namun efektif Salam







Share/Bookmark

24 June, 2011

Serangan Kera Merapi Mengganas



BOYOLALI - Serangan kera kian menggila. Sedikitnya 70 hektare lahan pertanian di Kecamatan Selo, Boyolali, ludes tak terselamatkan akibat serbuan ribuan ekor kera yang kian ganas belakangan. Kondisi itu mengancam pasokan sayur ke berbagai pasar.
Menurut Tumar, kepala Desa Jrakah, Kecamatan Selo, serangan kera tersebut mencapai puncaknya kemarin (23/6). Lahan pertanian warga, yang mayoritas ditanami sayuran, ludes tak tersisa. ”Tanaman wortel pun dicabuti kera-kera itu,” katanya.
Para petani di lereng Gunung Merapi mencemaskan serangan kera yang cenderung mengganas tersebut. Sebab, panen palawija tinggal sepekan lagi dilakukan. Namun, banyak lahan sayur yang tidak bisa dipanen karena diserbu ratusan kera dari hutan Merapi. ”Kalau tidak segera diatasi, bisa-bisa terjadi krisis sayuran,” ungkap Tumar.
Bukan hanya lahan sayur di Desa Jrakah, hampir seluruh lahan warga di Kecamatan Selo juga diserang kera. Di Desa Suroteleng, Kecamatan Selo, 25 hektare kebun warga dijarah kera. ”Nyaris tidak ada yang tersisa,” kata Kades Suroteleng Mardiyanto.
Ditambahkan, para petani sudah frustrasi. Sebab, segala upaya untuk mengatasi serangan kera itu gagal. Perangkap jaring tak lagi mempan. ”Warga pernah nekat berusaha membunuh kera-kera tersebut dengan memasang jebakan racun. Tapi, cara itu juga tidak efektif,” terangnya. 
Saat ini, lanjut dia, serangan ribuan kera tersebut bahkan tidak bisa ditebak lagi. Dalam melancarkan aksinya, mereka tidak lagi mengenal waktu. Pernah petani menunggui kebun mereka seharian penuh. Namun, kera-kera itu tidak muncul. ”Mereka seperti tahu kapan petani lengah. Belakangan mereka juga mengincar kebun wortel. Malam hari mereka menggali tanah untuk mengambil wortel,” ucapnya.
Serangan atas kebun wortel itu diketahui kemarin pagi. Anak-anak yang bermain di ladang menemukan tanaman wortel ludes. Hanya tersisa bagian batangnya yang berserakan di tanah. 
Menyikapi keluhan tersebut, Camat Selo Subiso mulai mendata lahan warga yang diserang kera. Sejauh ini, sedikitnya 70 hektare lahan sayur warga ludes. Diperkirakan, serangan kera-kera itu terus meluas. Sebab, stok makanan di hutan di lereng Merapi diperkirakan sudah habis akibat erupsi. ”Sasarannya ya lahan warga. Kera-kera ini lapar,” ujarnya.
Kondisi tersebut, kata dia, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Subiso menyatakan segera berkoordinasi dengan pemkab dan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) wilayah Boyolali dan Klaten. ”Kami akan bahas cara menghentikan serangan kera itu tanpa melukai atau membunuh. Kami berharap ada cara lain untuk mencegah serangan tersebut,” tuturnya. (un/jpnn/c9/soe)


Share/Bookmark

Kementan dirikan pusat pelatihan kapas Tahun 2012





JAKARTA. Untuk mendukung pengembangan produksi kapas nasional, tahun 2012 nanti Kementerian Pertanian akan mendirikan pusat pelatihan penanaman kapas nasional.

Direktur Tanaman Semusim Kementerian Pertanian Agus Hasanuddin mengungkapkan, pusat pelatihan penanaman kapas ini akan didirikan di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. "Bentuknya nanti adalah sekolah lapangan, sehingga petani melakukan pelatihan dalam bentuk praktek lapangan," ujarnya Kamis (23/6).

Ia menambahkan, untuk mendukung pembentukan pusat pelatihan ini, Kementan bekerjasama dengan pemerintah daerah dan pihak swasta yaitu PT Ade Agro Industri (AAI). "Pusat pelatihan atau training center untuk kapas dilakukan di NTT karena iklimnya tegas," jelas Agus. 

Artinya, perubahan iklim dari musim hujan dan kemarau relatif lebih jelas ketimbang daerah lain. Asal tahu saja, kapas memang hanya bisa tumbuh di lahan kering. Selain itu, di NTT memiliki potensi lahan yang cukup luas. Minat petani untuk menanam kapas juga masih cukup tinggi.

Nantinya, dalam satu kali pelatihan yang memakan waktu enam bulan, akan dilatih sekitar 50 orang petani dan tenaga pendamping. "Pelatihan ini meliputi pembersihan lahan, pembibitan, penanaman sampai panen," jelas Agus.

Agus mengatakan, PT AAI di Sumba Timur sebelumnya sudah mengembangkan kapas kanesia bersama petani. Hasilnya, tanaman kapas ini bisa menghasilkan produktivitas sekitar 2,4 ton per hektare.

Pusat pelatihan penanaman kapas ini nantinya diharapkan bisa mendukung peningkatan produksi kapas nasional. Sebab, selama ini produksi kapas nasional masih minim. Tahun 2010 lalu, produksi kapas nasional tercatat sebesar 26.250 ton dengan luas areal 15.000 hektare.(kntn)


Share/Bookmark

Tips Menyelamatkan Hasil Pertanian dari Radioaktif

Gempa disusul tsunami yang meluluhkan sebagian wilayah Jepang pada Maret lalu ikut memukul sektor pertanian. Produk pertanian pun terancam radioaktif.  


TOCHIGI hanya berjarak sekitar 50 kilometer dari kawasan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) Fukushima Daiichi. Meski tidak masuk dalam kawasan rawan radiasi yang ditetapkan pemerintah Jepang setelah ledakan beruntun reaktor nuklir PLTN, 12-16 Maret lalu, provinsi yang memiliki sekitar 2 juta penduduk itu ikut kalang kabut. Pada Rabu, 22 Juni, FAJAR yang tergabung dalam rombongan Indonesia Program Jenesys (pertukaran pemuda Jepang dan Asia Timur) berkesempatan mengunjungi kawasan penghasil stroberi dan susu terbanyak di Jepang itu.

“Sebenarnya, tidak semua produk pertanian dari Tochigi terkontaminasi radioaktif karena kerusakan PLTN di Fukushima. Tapi, kabar angin telanjur meluas bahwa makanan dari wilayah kami berbahaya untuk dikonsumsi,” kata staf Dinas Pertanian Pemerintah Prefektur Tochigi Akihiko Takayama.

Akihiko menjelaskan, sesudah ledakan reaktor nuklir PLTN Fukshima Daiichi, pemerintah Jepang langsung menetapkan nilai ambang batas kontaminasi radioaktif terhadap produk pertanian 500 becquerel. Pemerintah Prefektur Tochigi pun langsung mengambil sampel produk di seluruh wilayah mereka untuk melakukan uji kontaminasi. Prioritas pertama produk pertanian yang diuji adalah bayam, kakina (cruciferous vegetable), dan bawang.

“Tiga produk pertanian itu memang paling potensial terkontaminasi radiasi. Pemerintah Jepang juga secara khusus meminta pengujian tiga jenis produk tersebut,” papar Takayama. Setelah melalui pengujian, bawang dan kakina di Tochigi dinyatakan terkontaminasi melebihi ambang batas yang ditetapkan pemerintah Jepang. Bahkan, hasil uji kontaminasi terhadap bawang mencapai 1.000 becquerel atau dua kali lipat dari batas maksimal yang ditetapkan.

Menurut Takayama, pada saat itu pemerintah pusat belum bisa memutuskan tindak lanjut terhadap tanaman yang sudah telanjur terkontaminasi. Sebulan setelah hasil uji diketahui, baru pemerintah meminta agar dua produk tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar.

“Pemusnahan sayuran terkontaminasi dilakukan di instalasi pengolahan limbah dan dijamin terisolasi,” kata Takayama. 

Sejak pengumuman jenis sayuran terkontaminasi, sektor pertanian Tochigi mengalami pukulan berat. Selain kerugian besar karena gagal panen, harga jenis produk pangan lain juga turun. Di prefektur lain, masyarakat enggan membeli sayuran jenis apa pun dari Tochigi. Kalaupun ada, harganya turun hingga 30 persen.

Pemerintah Jepang memang belum menilai kerugian yang diderita para petani Tochigi sejak sebagian produk mereka terkontaminasi radioaktif. Namun, Koperasi Pertanian Jepang wilayah Tochigi mengalkulasi kerugian mencapai 2,4 miliar yen selama Maret 2010. Jumlah kerugian itu belum diakui pemerintah pusat karena berpotensi dikaitkan dengan uang kompensasi dari TEPCO selaku pengelola PLTN Fukushima Daiichi.

“Pemerintah pusat sudah membentuk Komisi Penilai Sengketa Kompensasi Dampak Kerusakan PLTN Fukushima. Saat ini sedang dibahas bentuk kompensasi yang mungkin bisa diberikan kepada para petani,” ujar Takayama.

Selain uji kontaminasi terhadap tiga jenis sayuran, dinas pertanian Tochigi juga melakukan tindakan yang sama terhadap sampel 200 jenis produk makanan setiap hari. Bahkan, hingga saat ini, pengujian masih dilakukan secara periodik meski tingkat kontaminasi sudah tidak ada sama sekali.

Langkah itu dilakukan untuk memperkuat citra produk pertanian Tochigi yang sempat turun drastis karena kasus kontaminasi radioaktif. Caranya, hasil penelitian dicetak melalui selebaran-selebaran dan disebarkan kepada masyarakat. Pemerintah Tochigi juga secara rutin meng-update situs mereka yang berisi informasi tingkat kontaminasi radioaktif dalam roduk pertanian.

“Kami membuka stan di mal-mal besar untuk memasarkan produk pertanian Tochigi yang dilengkapi informasi hasil uji kontaminasi. Pemerintah juga rajin mengadakan bazar di prefektur lain dengan cara-cara yang sama,” ujarnya.

Hasil dari berbagai upaya itu mulai terlihat pada pertengahan April hingga Mei 2011. Dalam rentang waktu itu, harga eceran produk pertanian Tochigi kembali normal secara perlahan.

Untuk mengatasi kandungan radioaktif di permukaan tanah, pemerintah juga melakukan pengujian dengan acuan ambang batas maksimal 5.000 bacquerel per meter persegi. Permukaan tanah pertanian yang melebihi ambang batas tersebut langsung diganti. Tidak hanya untuk tanah pertanian, hal yang sama juga dilakukan terhadap tanah di halaman sekolah dasar.

Selanjutnya, permukaan tanah itu disimpan dan sedang dikaji tindakan selanjutnya. “Hujan yang turun setelah terjadi ledakan reaktor di PLTN Fukushima Daiichi berpotensi mengakibatkan radioaktif di permukaan tanah. Banyak orang tua yang khawatir anak-anak mereka yang masih kecil akan terkena radioaktif ketika bermain di sekolah. Karena itu, pemerintah memutuskan untuk mengganti permukaan tanah itu,” papar Takayama. 


Share/Bookmark

50 hektar tanaman padi di Klaten terserang hama wereng



Juwiring - Sebanyak 50 hektar tanaman padi di Desa Juwiran, Juwiring, Klaten terserang hama wereng batang cokelat (WBC). Akibat serangan tersebut petani di daerah tersebut mengalami gagal panen. "Musim tanam kali ini kami gagal panen. 50 hektar tanaman padi kami diserang hama WBC," ungkap Sarwan Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah di Juwiran di Fakultas Pertanian UGM.
Serangan hama tersebut bukanlah pertama kalinya. Enam musim tanam sebelumnya juga mengalami puso. "Sudah dua tahun ini kami gagal panen karena serangan WBC juga. Tanaman padi kami diserang pada usia 2,5 bulan," ujarnya.
Akibat serangan hama tersebut Dia menderita kerugian yang tidak sedikit. Untuk satu kali garapannya mengeluarkan dana sebesar Rp 5 juta yang dipinjam dari bank. Selama ini, Dia telah melakukan penyemprotan dengan pestisida untuk memberantas hama wereng. Sayangnya usaha tersebut tidak membuahkan hasil.
Hama wereng tetap saja menyerang tanaman padi mereka. "Kami telah melakukan penyemprotan, tapi tetap saja tidak berhasil mengusir hama tersebut. Untuk itu kami berkunjung ke Fakultas Pertanian guna memohon pendampingan yang telah berhasil mendampingi Kelompok Tani Marsudi Karya dalam menghadapi WBC," paparnya.
Dikatakan Sarwan, Fakultas Pertanian telah melakukan pendampingan selama 4 bulan terhadap Kelompok Tani Marsudi Karya. dan hasilnya pun tidak mengecewakan. "Setelah didampingi, sekitar 70-80 persen berhasil panen. Pendampingan dilakukan pada 20 hektar tanaman padi,"ujarnya.
Perubahan Iklim
Sementara Dekan Fakultas Pertanian UGM, Prof Ir Triwibowo Yuwono PhD menghimbau kepada masyarakat, khususnya petani utuk waspada dalam menghadapi serangan hama WBC.
"Serangan hama WBC terus meningkat dan semakin meluas, jadi kita harus selalu waspada. Persoalan ini harus terus dikawal dan diikuti, tapi kami tidak bisa lakukan sendiri. Butuh sinergi dan kerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Pemda untuk mengatasi persoalan ini," katanya.
Disebutkan, perubahan iklim merupakan salah satu faktor yang turut berperan dalam perkembangan WBC. Curah hujan yang cukup tinggi di musim kemarau tahun 2010 memberikan kondisi mikroklimat yang lembab sehingga kondusif bagi tumbuh kembang hama tersebut.
Selain hal tersebut, tidak adanya rotasi tanaman dan pola tanam padi yang tidak serempak juga menjadi penyebab meningkatnya populasi WBC. Dengan penanaman yang tidak serempak menjadikan pakan selalu tersedia bagi wereng.
"Untuk itu kami menghimbau petani agar menanan secara serempak, dengan varietas tanaman yang sama, umur yang sama untuk meminimalisir serangan wereng ini. Di samping itu juga menekan semaksimal mungkin penggunaan pestisida dalam pengendalian hama ini," imbuhnya.



Share/Bookmark

70 hektare lahan pertanian diserang Kera



Boyolali - Kera dari Gunung Merapi merusak lahan pertanian di lereng Merapi seluas 70 hektare (ha). Akibatnya lahan pertanian seluas itu tidak dapat terselamatkan karena tanamannya rusak dan habis.
Serangan ribuan ekor kera yang terus mengganas belakangan ini pun mengancam pasokan sayuran ke berbagai daerah.
“Serangan kera benar-benar meluas. Lahan pertanian warga yang ditanami sayuran nyaris tak tersisa,” ungkap salah seorang petani setempat, Tumar kepada wartawan, Kamis (23/6/2011). Binatang primata itu di antaranya menghabiskan wortel dengan mencabutnya dari tanah.
Padahal panen palawija kurang sepekan lagi. Akan tetapi, keburu dilalap habis gerombolan kera gunung yang liar. Tumar khawatir jika hal ini terus terjadi bukan tidak mungkin stok sayur-mayur akan mengalami krisis.
Serangan kera ini tidak hanya terjadi di Jrakah namun meluas hingga ke seluruh perkebunan warga di Selo. “Di Suroteleng, kera menyerang sekitar 25 ha pertanian milik warga. Hampir semuanya dirusak,” jelas Kades Suroteleng, Mardiyanto.
Berbagai upaya telah ditempuh untuk mengatasinya. Seperti memasang perangkap jaring hingga meracun. Namun, langkah ini dirasa sudah tidak mempan lagi. Kera-kera itu sudah tak bisa ditebak dalam melancarkan aksinya. Mereka datang sewaktu-waktu dalam melakukan penyerangan. Jika sang pemilik lahan lengah, binatang itu langsung menyerang tanaman.
“Terutama saat malam hari. Mereka memakan dan merusak tanaman warga,” tambahnya. Para petani pun baru menyadari pada keesokan harinya. Tanaman wortel pun disisakan bagian batangnya saja.
Camat Selo, Subiso pun mulai mendata lahan warga yang diserang kera. Serangan kera ini sudah mencakup sekitar 70 ha. Diprediksi, serangan hewan ini akan semakin meluas karena setok makanan di puncak telah habis. Alhasil, kera-kera liar ini turun dan menyerbu lahan warga.
Pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Pemkab dan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) wilayah Boyolali dan Klaten. “Kami akan mengupayakan cara mengatasi serangan ini tanpa melukai atau membunuh kera-kera itu,” tandasnya.


Share/Bookmark

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More