Tulisan ini di kutip dari dr. Yusuf Alam Romadhon, Saeorang Praktisi Kesehatan
INFEKSI MENULAR SEKSUAL VS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Klarifikasi Istilah
Sebelum memulai, mau klarifikasi istilah dulu
HIV : singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, virus yang menyebabkan penyakit kelemahan sistem kekebalan tubuh.
AIDS : singkatan dari Acquired ImmunoDeficiency Syndrome, penyakit atau dari istilah ini disebut dengan sindroma kelemahan sistem kekebalan tubuh. Melihat dari arti katanya kelemahan sistem kekebalan tubuh, berarti, orang yang menderita penyakit ini mengalami penurunan kemampuan dalam mengatasi musuh-musuh sistem pertahanan tubuh, seperti virus, bakteri yang mencoba menerobos masuk tubuh kita. Jadi orangnya mudah sakit infeksi. Kelemahan sistem kekebalan tubuh ini bersifat di dapat dari luar. Artinya ia mendapat dari luar, bukan seperti pada beberapa penyakit yang bersifat menurun atau penyakit keturunan atau akibat penyakit lain seperti kondisi penyakit diabetes melitus yang kronis dan berakibat penurunan kekebalan tubuh.
Jadi HIV adalah penyebab, sedangkan AIDS adalah penyakit yang diakibatkannya.
………………………………………………………………………………………………………
Saat saya menulis buku ini, penyeranta handphone saya berbunyi…. ternyata ada SMS.
dari 08564xxxxx
dok, ini Evi mhn maaf mo nanya gynecosid itu obat apa sih, efek smpingnya apa? kalo beli mmang hrs pake resep?
Saya menjawab
081225xxxxxx
Itu obat hormon kewanitaan, hrs dengan resep dokter. Lha ada apa mbak?
Beberapa menit kemudian
Dari 08564xxxxx
Saya sdh ga mens 2 bln ini, kata tmn2 gynecosid itu bisa membuat mens. Kalo boleh sy mnta respnya ya dok.. boleh ya
Saya membalas kembali
081225xxxxxx
Wah mbak kalo nulis resep apalagi obt hrs ada alasannya. Ga bs lgsng tembak. Sy sarankan mbak perxa lab dulu, mmastikan itu bukan kehamilan..
Kembali ada balasan
Dari 08564xxxxx
Trs terang kayaknya hamil, sy sdang skripsi, sy anak sulung, si cowok cuek… sy didiemin aja
Saya balas sms-nya
081225xxxxx
Mbak Evi yg b4ik, sy ada pasien anak, dia cacat, matanya suka nglirik ke atas, air ludahnya suka nyrocos terus… ortunya sm2 mhsiswa. Mncoba menggugurkan, dng obt mcm2 tms obt kimia & trdisionl. Ternyt anaknya ttap bertahan smpe lahr. Skrng ke2 ortunya ga tahu dimana. Anak itu dirwt pa becak.. maaf mbak kalo sy mngcewakn..
………………………………………………………
Penasaran ya kelanjutan ceritanya...
Bicara mengenai infeksi HIV / AIDS, tidak lepas dari perilaku manusia terutama berkaitan dengan perilaku seksual. Perilaku seks bebas, tampaknya saat ini sudah menjadi ancaman tersendiri yang memrihatinkan. Kasus Evi tidak sendiri. Seorang pakar media, mengatakan saat ini Indonesia mempunyai lebih dari 500 film porno. Dan bintangnya sebagian besar remaja SMP dan SMA. Dan yang lebih memrihatinkan adalah sebagian besar tempat terjadinya pembuatan film porno itu berada rumah orang tuanya sendiri saat rumah sepi, tidak ada siapa-siapa.
Eh ngomong-ngomong kasihan ya anak yang bola matanya suka ngelirik ke atas, ludahnya suka nyrocos keluar, korban ortunya yang sama-sama tidak menghendaki kelahirannya, karena ketergesaan cinta dan berusaha membunuhnya, tetapi gagal, akhirnya lahir cacat seperti yang saya ceritakan di sms.
Puisi sang anak malang
Ooh sungguh malang diriku
Akulah noda dari cinta yang bergairah
Akulah aib dari cinta yang merekah
Akulah satu bintang yang coba dihapus dari malam
Akulah kota yang coba dihapus dari peta
Tetapi mereka tidak mampu mengubah takdir
Aku tetap terlahir
Aku tetap ada
Semua perasaan yang seharusnya ada untukku, tetapi dia dicampakkan jauh-jauh
Aku dianggap tidak ada
Aku tak diacuhkan sama sekali
Aku lahir dengan ketidaksiapan cinta
Aku lahir tak diharapkan
Aku lahir tuk dikorbankan
Aku lahir tuk dikalahkan oleh harga diri
Aku lahir tuk dicampakkan agar mereka tetap terhormat di depan manusia
Dengan cacat yang tlah mereka lakukan padaku
Cacat yang harus aku tanggung sendiri sampai tutup usiaku menjelang
Penderitaan yang aku jalani tanpa penerimaan
Tanpa dukungan
Bahkan oleh bapak ibu biologisku sendiri
Kasus Evi dan anak cacat yang gagal diabortus ortunya adalah masalah yang sering dijumpai di era “kebebasan seksual” dewasa ini. Abortus arti katanya usaha menggagalkan kehamilan, bisa pula diartikan usaha “membunuh” janin. Kriteria usia “membunuh” masih menjadi kontroversi di kalangan medis di berbagai belahan dunia. Istilah abortus dimunculkan untuk lebih membuat “nyaman” ketika melakukan tindakan “membunuh” janin. Apalagi kalau dilakukan secara sengaja dan bukan karena indikasi medis. Kejadian abortus yang berhasil (contoh di atas adalah kasus abortus yang tidak berhasil) mempunyai catatan statistik yang luar biasa. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
• 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
• antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
• antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
• antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Resiko tindakan abortus banyak ditanggung oleh wanita. Kita lihat dari data yang dihimpun oleh WHO semuanya ditanggung wanita. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun:
• dilakukan 20 juta unsafe abortion.
• 70.000 wanita ineninggal akibat unsafe abortion.
• 1 diantara 8 kematian ibu disebabkan unsafè abortion.
Kasus Evi dan 500 film porno produk dalam negeri, serta abortus sebagai dampaknya, hanyalah sebagian dari fenomena gunung es yang mencuat ke permukaan. Sebagian besar kasus yang tidak muncul masih tidak terdeteksi, tetapi menyimpan bom waktu yang tinggal menunggu waktu kapan akan berubah menjadi sebuah ledakan dahsyat yang akan membahayakan ketenangan dan kenyamanan hidup yang kita alami.
Selama saya melakukan praktik dalam delapan tahun terakhir, saya menjumpai lebih dari sepuluh kasus penyakit menular seksual seperti gonorhoea (dibaca gonore), atau orang biasa menyebut dengan kencing nanah. Karena yang sering dikeluhkan pada muara penisnya merembes carian putih kental bercampur nanah, menjadi flek-flek kekuningan di celana dalamnya. Dan yang lebih memrihatinkan adalah kesemuanya adalah mahasiswa. Kalau kita merujuk pada kepustakaan, seseorang yang telah menderita gonorhoea didapatkan telah melakukan hubungan seksual rata-rata dengan 4 pasangan seksual. Penderita sifilis melakukan hubungan seks dengan rata-rata 5 pasangan seksual yang tidak diketahui asal-usulnya.
Jadi 10 mahasiswa yang datang di tempat praktik saya dalam 8 tahun terakhir, mencerminkan sudah punya resiko menularkan dan ditularkan penyakitnya kepada 40 pasangan seksual mereka. Bahkan ada dua orang dari mereka datang ke tempat praktik karena kambuh lebih dari empat kali dalam periode waktu yang berbeda.
Sebentar.
Kayaknya Anda belum percaya bagaimana perilaku seks bebas bisa mempunyai dampak yang mengerikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kisah berikut, kisah favorit saya untuk menjelaskan bagaimana sebuah epidemi itu bisa terjadi. Mari kita simak kutipan berikut.
Epidemi Gonorhoea di Colorado Springs, Colorado
Colorado Spring sebuah kota dengan penduduk 100.000 orang telah mengalami suatu epidemi gonorhoea. Epidemi itu tidak saja menyerang orang dewasa, tetapi juga menyerang bayi-bayi, dimana kedua matanya menjadi bernanah hebat.
John Potterat, seorang epidemiolog mencoba menganalisis bagaimana epidemi tersebut bisa terjadi. Dengan mewancarai setiap orang yang datang di Puskesmas untuk pengobatan penyakit ini selama jangka waktu enam bulan. Ia menemukan bahwa sekitar separuh dari kasus keseluruhan pada hakikatnya dialami oleh orang dari empat kawasan pemukiman yang hanya 6 persen dari luas seluruh kota. Selanjutnya, separuh di antara mereka yang termasuk 6 persen itu sering berkunjung ke enam buah bar yang sama. Maka John Potterat mewancarai 768 orang dalam kelompok kecil itu dan menemukan 600 di antara mereka tidak menularkan gonorhoe kepada siapa pun atau hanya menularkannya kepada satu orang lain. orang-orang ini disebutnya bukan penular (nontransmitter). Sementara itu, orang-orang yang memicu epidemi – orang-orang yang menginfeksi dua, tiga, empat, atau lima orang lain dengan penyakit ini – adalah 168 orang yang tersisa. Dengan kata lain, di seluruh kota Colorado Springs – sebuah kota yang berpenduduk lebih dari 100.000 orang – epidemi gonorhoe dipicu menjadi dramatis oleh ulah 168 orang di empat kawasan pemukiman yang senang bersosialisasi di enam bar yang sama.
Siapakah 168 orang ini? Mereka bukan seperti orang seperti Anda atau saya. Mereka orang yang keluar rumah setiap malam, orang yang berganti-ganti pasangan dalam menyalurkan hasrat seksual, orang dengan gaya hidup dan perilaku yang menyimpang dari kelaziman. Pada pertengahan 1990-an, misalnya, di sebuah gelanggang olahraga dan rekreasi di East St. Louis, Missouri, ada seorang pria bernama Darnell “Boss Man” Mc Gee. Ia sosok pria bertubuh tinggi besar lebih dari satu meter delapan puluh, tampan, mahir bersepatu roda, yang sengaja memikat gadis-gadis remaja melalui keterampilannya di arena sepatu roda. Kelompok usia yang paling disukainya adalah tiga belas dan empat belas tahun. Ia membelikan mereka perhiasan, mengajak mereka berjalan-jalan dengan Cadilac-nya, membuat mereka “melayang tinggi” dengan narkotika, dan memperkenalkan mereka dengan kenikmatan hubungan seks. Antara tahun 1995 – 1997, ketika ia tewas ditembak oleh seseorang, ia telah berhubungan seks dengan sedikitnya 100 wanita dan (sebagaimana terbukti belakangan) telah menginfeksi setidaknya 30 di antara mereka dengan HIV.
Coba Anda garis bawahi tebal-tebal, pakai yang berwarna juga boleh. Epidemi yang menyerang 100.000 warga akibat ulah 168 warganya. Bahkah salah seorang diantaranya terbukti telah menularkan HIV kepada 30 pasangan seksualnya yang kebanyakan gadis yang berusia 13 – 14 tahun!!!
Coba cermati lagi dan garis bawahi lagi. Darnell “Boss Man” Mc Gee, seorang pria kharismatik dalam menggaet gadis-gadis belia, juga suka mengajak mereka “melayang tinggi” dengan narkotika…
Ada perilaku tambahan selain perilaku seks bebas, yaitu perilaku pengguna narkotika! Kombinasi yang sinergis dalam menularkan HIV. Nanti kita akan bahas tersendiri. Sabar ya.
Sebelum berbicara lebih lanjut, kita perlu mencermati definisi penyakit menular seksual dan infeksi menular seksual. Pengertian ini sangat bermanfaat untuk nantinya membedakan istilah antara infeksi HIV dan penyakit AIDS.
Pembedaan istilah penyakit menular seksual dengan infeksi menular seksual dimulai sejak tahun 1998. Kalau infeksi menular seksual berarti bakteri atau virus penyebab sudah masuk tubuh seseorang, tetapi masih belum memunculkan gejala-gejala yang membuat seseorang disebut sakit. Jadi seseorang yang di dalam tubuhnya ada bakteri atau virus penyebab penyakit menular seksual, belum tentu dia dalam keadaan sakit. Bisa jadi dia masih seperti orang normal, atau orang medis menyebut asimptomatik artinya tidak bergejala.
Sebaliknya istilah penyakit menular seksual, gejala-gejala penyakit sudah ditemukan, dan dipastikan kuman atau bakteri maupun virus penyebab ada dalam tubuhnya. Walaupun kenyataannya menemukan kuman atau bakteri maupun virus penyebab bukanlah perkara yang mudah.
Mengapa harus dibedakan kedua istilah itu? Apa pentingnya?
Kalau sudah menjadi penyakit, maka akan jelas. Dokter, keluarga pasien, tetangga pasien, dan tentu saja pasiennya sendiri sudah bisa merasakan adanya penyakit. Semuanya bisa dilihat, dirasa, diraba dan tentu saja diperhatikan dengan seksama. Asal penderitanya mau terbuka. Tapi, sayangnya, menurut kebiasaan hanya terbuka sama dokter.
Contohnya penyakit GO atau gonorhoea, pada penderita laki-laki, penderita sendiri sudah bisa merasakan. Bangun pagi ketika mau ke pipis, ketika membuka celana, dia terkejut-kejut melihat ada flek-flek kekuningan menodai celana dalamnya. Penderita sifilis, baik pria maupun wanita, melihat ada luka di kemaluannya. Sebagaimana umumnya penyakit infeksi lainnya, juga disertai badan meriang, pegel-pegel serasa habis dipukulin orang sekampung. Badan capek dan sebagainya dan sebagainya.
Kembali ke masalah tadi kenapa harus dibedakan dan mengapa penting. Kalau yang sudah jelas dia berpenyakit. Dia merasa terganggu dan menyadari kalau dia berpenyakit. Terus datang ke tempat dokter. Dikasih obat, infeksi bisa teratasi dan diberi nasihat sama dokter agar berperilaku seks yang sehat. Dia lebih hati-hati, atau dokter sudah bisa mengetahui siapa biang kerok penyebab penularan. Kalau seandainya di kemudian hari ada orang sakit serupa dan pernah ada riwayat kontak seksual dengan si dia. Tetapi kalau sudah bisa diobati dan kebetulan dunia medis sudah menemukan obatnya dan kumannya tidak kebal, seperti gonorhoea dan sifilis, masih sedikit bisa bernafas lega, penularan untuk sementara bisa diputus. Sementara?
Iya, coba diingat-ingat data penelitian sebelumnya, satu penderita gonorhoea sudah melakukan hubungan seksual dengan empat partner seksual. Sementara satu penderita sifilis sudah melakukan hubungan seksual dengan lima partner seksual. Masih ingat? Lalu..
Kalau seseorang pada saat sudah tertular, tetapi dia belum menunjukkan gejala-gejala penyakit, berarti dapat dikatakan bahwa orang ini tampaknya normal, tetapi dalam tubuhnya terutama daerah kelaminnya ada kuman, sudah bisa menularkan ke banyak orang orang. Kemudian dia sakit, periksa ke dokter, dan diobati. Setelah diobati terus sembuh. Dia kembali ke habitatnya semula.
Berarti… dia bisa tertular kembali?!
Iya Anda benar.
Dia bisa tertular kembali. Jadi kuman yang ada di kelamin itu bisa berpindah-pindah seperti bola ping pong yang dipukul ke sana kemari oleh pemainnya.
Itulah bedanya dan mengapa penting dibedakan kedua istilah Infeksi Menular Seksual dan Penyakit Menular Seksual.
Faktor penting lainnya dari perilaku per-ping-pongan tadi, berarti dapat dikatakan daerah perkelaminannya dan organ pembiakan (reproduksinya) sering terinfeksi. Berarti sering radang. Ibarat militer, merupakan daerah rawan bergejolak. Sehingga penduduk sel-selnya rawan mengalami pemberontakan. Pemberontakan sel inilah dikenal dengan istilah kanker. Pemberontakan sel yang mengganas melawan pemerintahan tubuh. Yang berarti bisa mengancam hidup penderita.
Jadi dapat dikatakan: komplikasi medis dari penyakit menular seksual terutama yang kronis selain tentu saja biaya kesehatan yang mahal, adalah bisa menyebabkan kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, dan kanker yang tentu saja bisa berakibat pada kematian.
Orang-orang yang suka main ping pong kuman penyebab penyakit menular seksual ini dalam istilah kedokterannya disebut dengan kelompok perilaku resiko tinggi. Sederhananya mereka yang masuk dalam kelompok perilaku resiko tinggi adalah 168 orang yang menjadi biang kerok epidemi gonorhoea di Colorado pada cuplikan di atas. Masih ingat? Itu lho, yang salah satu diantara mereka ada namanya Darnell “Boss Man” Mc Gee, pria yang tingginya 180 cm keren banget, banyak gadis yang mau diajak kencan, dan menularkan HIV pada 30 dari 100 gadis yang pernah diajaknya berhubungan seks. Masih belum ingat. Udah deh dilihat dulu di halaman sebelum ini yang ada judul kecil Epidemi Gonorhea di Colorado Springs, Colorado.
Lalu mengapa kok sampai bisa bayi-bayi ikut tertular sampai kedua matanya bernanah hebat?
Pintar! Pertanyaan yang bagus.
Mengapa kuman penyebab yang menjadi bola ping pong bisa sampai keluar lapangan, bahkan sampai terlempar jauh? Inilah masalah utamanya. Pada kasus epidemi gonorhoea di Colorado Springs di atas ternyata ada andil dari profesional kesehatan yang tidak disiplin dalam menerapkan prinsip patient safety dalam bekerja. Para perawat lupa tidak menyucihama tangannya setelah menangani seorang ibu dari kelompok perilaku resiko tinggi yang melahirkan anaknya, kemudian menolong bayi-bayi lain di bangsal yang sama, yang ibunya normal-normal aja. Akibatnya bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang BUKAN termasuk dalam kelompok perilaku resiko tinggi juga ikut tertular. Infeksi pada bayi sehat akibat tindakan profesional kesehatan yang tidak mengindahkan prinsip patient safety ini dikenal dengan nama infeksi nosokomial. Pencegahannya sederhana. Hanya mencuci tangan dengan sabun sebelum berpindah menangani pasien selanjutnya. Saat ini telah banyak penyucihama alkohol berbentuk gel, sehingga sangat praktis dan tidak merepotkan perawat atau bidan yang banyak menangani pasien dengan berbagai kondisi infeksi di rumah sakit.
Sudah clear kan? Alhamdulillah. Sekarang kita pada akhir dalam pembahasan mengenai infeksi menular seksual dengan penyakit menular seksual. Beberapa poin penting yang dipelajari disini adalah :
1. Istilah penyakit menular seksual dan infeksi menular seksual adalah berbeda. Infeksi menandakan kuman penyebab masuk tetapi belum memunculkan sakit tetapi dapat menular. Sedangkan penyakit menular seksual, sudah muncul gejala-gejala yang menyimpulkan suatu penyakit dan kuman sudah ada di dalam tubuhnya dalam kurun waktu tertentu sebelum penyakit muncul.
2. Infeksi maupun penyakit menular seksual adalah penyakit perilaku. Maka penanganan yang utama adalah penanganan perilaku. Terutama pada kelompok perilaku resiko tinggi. Maka kampanye kesehatan seksual ditekankan pada kelompok ini.
3. Ketiga peran profesional kesehatan dalam menerapkan prinsip-prinsip patient safety sangat membantu dalam melokalisir fenomena kuman penyebab yang berperan seperti bola ping pong agar tidak melebar di luar arena kelompok mereka yang berperilaku resiko tinggi sebagai pengidap dan penyebar infeksi menular seksual.
KELOMPOK PERILAKU RESIKO TINGGI
Maksudnya adalah siapa saja yang karena perilakunya membuat mereka punya peluang untuk tertular dan menularkan penyakit menular seksual lebih besar ketimbang orang kebanyakan. Atau seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu para pemain utama yang terlibat dalam per-ping-pongan kuman penyebab penyakit menular seksual.
Pembicaraan mengenai kelompok perilaku resiko tinggi sangat penting dalam penanggulangan dan pencegahan infeksi HIV/AIDS, karena faktor penularan utama penyakit tersebut diketahui melalui hubungan seksual. Karena itu kelompok-kelompok yang dianggap berperilaku resiko tinggi perlu memperoleh perhatian dalam upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS. Kelompok resiko tinggi tersebut antara lain adalah kaum homoseksual, akhir-akhir ini sering disebut dengan istilah men have sex with men (MSM), pekerja seks komersial (selanjutnya sering disingkat dengan PSK) dan pelanggannya serta penyalahgunaan narkotika suntikan.
Yuk kita bahas satu-satu
Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK)
Menurut penelitian yang dilakukan Purnomo dan Siregar di Surabaya pada tahun 1984, rata-rata hari kerja PSK perbulannya 23 – 25 hari. Mau tahu berapa partner seksual yang dilayani oleh seorang PSK dalam satu malam? Kok sukanya penasaran sih!
Dari penelitian yang sama ternyata kemampuan mereka dalam menerima dan melayani tamu bervariasi dari 0 sampai 12 orang. Di Dolly, Surabaya rata-rata setiap PSK melayani 3 – 5 orang, di tempat lain di Kramat Tunggak Jakarta 70% PSK melayani 1 – 3 orang selebihnya melayani 4 – 6 orang setiap malamnya. Jadi, dapat dibayangkan di kedua lokalisasi, dimana jumlah PSK mencapai 2000 orang, maka setiap malamnya diperkirakan sejumlah 10.000 orang melakukan kontak seksual. 10.000 ribu orang laki-laki dari sekian juta penduduk kota Surabaya dan Jakarta waktu itu.
Bandingkan dengan keadaan di Singapura yang penduduknya kurang dari lima juta, yang berarti jumlah prianya sekitar 2,5 juta, terdapat 6000 pekerja seks komersial yang beroperasi di sana. Dapat disimpulkan di negara itu dengan pola seperti di atas, maka setiap malamnya diperkirakan sejumlah 30.000 orang melakukan kontak seksual tidak lazim. Padahal jumlah penduduk Surabaya plus Jakarta jauh lebih besar ketimbang Singapura. Saya tidak mau berkesimpulan lebih lanjut. Kalau Anda berkesimpulan …. Silakan. He he he
Bayangkan pula, intensitas dan frekuensi per-ping-pongan “bola ping pong” kuman baik bakteri maupun virus penyebab penyakit menular seksual cukup tinggi bukan? Ya iyalah.
Perilaku seksual para PSK dalam melayani tamunya bervariasi. Dari penelitian Purnomo dan Siregar di Surabaya, hubungan seks yang biasa dilakukan berupa hubungan seks penis – vagina. Tetapi pelayanan seks oral – genital (felatio) yang di Dolly, Surabaya dikenal sebagai “AC – DC” atau di Ancol, Jakarta dikenal dengan layanan “dua ban”) juga dilakukan di kalangan PSK tersebut. Selain itu dalam jumlah terbatas juga ada yang melakukan hubungan penis – anus (seks anal, yang dikenal dengan istilah layanan “tiga ban”). Biasanya anak buah seperti ini sering disukai oleh pelanggan dan cepat “laku”. Sekalipun wanita yang bersangkutan sedang menstruasi (istilah Dolly, “palang merah” atau “yek – ying”) tetap saja dapat melakukan hubungan seksual dengan cara bukan vaginal.
Perilaku Gang Bang
Satu lagi yang intensitas hubungan seksualnya di atas rata-rata kebanyakan orang. Mereka bukan PSK, yang disebut dengan gang bang. Gang bang atau gangbang adalah situasi di mana seseorang berhubungan seksual dengan beberapa orang secara bergantian. Selain itu istilah lain yang digunakan adalah alley catting. Dalam sejarah dikenal tokoh Messalina dari Kekaisaran Romawi yang menyukai gang bang.
Rekor gang bang
Sejak tahun 1995 beberapa bintang film porno berusaha memecahkan rekor gang bang terbesar di dunia, dimulai oleh Annabel Chong yang mengaku berhubungan seks dengan 251 orang, yang terakhir adalah Ron Jeremy. Setelah itu Jasmin St. Claire mengaku gang bang dengan 300 orang, dan Houston dengan 620 orang. Banyak pihak yang meragukan klaim-klaim ini, karena tidak ada pihak independen yang mengamati dan menghitung dengan seksama.
Perilaku kaum homoseksual / MSM (men have sex with men)
Kata “homo” berarti “sama” atau “sejenis” dalam bahasa Yunani dan “seksualitas” diartikan sebagai “tingkah laku yang bersifat seksual”. Karena itu homoseksualitas diartikan sebagai “suatu gejala dimana dua orang berjenis kelamin yang sama secara seksual merasa tertarik satu dengan lainnya dan keduanya terlibat dalam aktivitas seksual”. Atau “suatu preferensi (kesukaan) erotik bagi sesama jenis, ketika pilihan pasangan lain yaitu lawan jenisnya tersedia”
Jumlah kaum homoseksual sulit diketahui. Ada yang menyatakan bahwa jumlah kaum homoseks adalah piramida terbalik artinya mereka yang berasal dari kelas atas justru jumlahnya lebih banyak ketimbang yang berasal dari kelas bawah.
Sebab-sebab homoseksualitas
1. Sebab biogenik, yaitu sebab yang berkaitan dengan keturunan atau adanya unsur genetik misalnya keturunan, kelainan bawaan atau ketidakseimbangan hormonal. Biasanya dia tidak jelas bentuk fisik jenis kelaminnya.
2. Sebab psikogenik, yaitu penyebab yang berkaitan dengan keadaan jiwa individu yang bersangkutan misalnya karena bujukan/rayuan, tidak memiliki daya tarik terhadap lawan jenis, melarikan diri dari kenyataan, penyakit/gangguan emosi, desakan hati yang kuat dan sebagainya. Berikut adalah contoh ilustrasi
“Pada usia 7 tahun, aku sudah melihat sendiri keributan antara ayah dan ibu. Secara diam-diam aku maupun kakakku mencoba mencari penyebabnya. Ternyata ayah menyenangi wanita lain! Pernah suatu kali aku ikut pergi dengan ibu dan ayah ke Bogor tempat asal kedua orangtuaku. Selama dalam perjalanan dengan bis ayah kelihatan menggoda seorang wanita tanpa sepengetahuan ibuku dan aku melihat wanita itu senang dengan ayah. Anehnya aku tidak membenci ayahku, tetapi justru sebaliknya aku membenci wanita tersebut. Dan mulai saat itu dalam diriku terbesit rasa benci terhadap wanita. Hal ini mempengaruhi diriku hingga aku besar nantinya”
3. Penyebab sosiogenik yaitu sebab-sebab yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, misalnya ada contoh yang tidak baik, pemisahan jenis kelamin dalam waktu yang lama, salah didik atau salah asuh.
Perilaku seksual kaum homoseks
Penelitian lapangan di Jakarta menunjukkan bahwa sebagian besar melakukan hubungan seksual melalui lubang anus, dubur (“nembak, ditembak”) dan kombinasi dengan oral (felatio, ngolom”). Ada sebagian yang melakukan secara “jepit” dan sedikit sekali yang melakukan rimming (jilatan lidah pada anus).
Pada hubungan seksual melalui anus, memang penderita merasakan kesakitan (secara anatomis dan fisiologis tidak disiapkan untuk hal itu) tetapi rupanya membawa kenikmatan sendiri. Pengalaman pertama merupakan trauma bagi yang bersangkutan seperti pada ilustrasi kasus berikut:
“Aku disuruhnya berbuat seperti dalam gambar, aku menyatakan keberatan tetapi dia langsung mengancam diriku dan aku coba menyadarkannya. Kemudian aku disuruhnya “ngesong” tetapi aku menolak. Melihat penolakanku dia mengancam sambil membawa botol pecah, lalu aku sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dengan paksa dia menghadapkan diriku ke belakang dan dia secara paksa juga melampiaskan hasratnya. Aku agak sedikit menjerit pertama kali alat vitalnya dimasukkan secara paksa, seluruh badanku gemetar dan keluar keringat. Rasa nyeri serta sakit di sekitar dubur amat aku tahan. Setelah selesai dan puas kemudian dia tertidur, akupun merebahkan diri ke atas tempat tidur, rasanya seperti ada sesuatu yang hilang dalam diriku”
Dari penelitian kaum homoseks di lokasi Jakarta Selatan diperoleh informasi bahwa 90% pernah berhubungan seksual dengan sesama rekan homoseks, paling sering frekuensi hubungan seks tersebut adalah antara 1 – 3 kali / minggu. Seperlima dari responden pernah mengadakan hubungan seksual dengan orang asing.
Dari penelitian serupa dilaporkan bahwa hampir 85% homoseks memiliki teman/sahabat dekat dan 65% di antaranya pernah melakukan hubungan seksual dengan teman/sahabat dekat tersebut. Kenapa mereka melakukan hubungan seksual? Hampir 3 di antara 4 menyatakan bahwa mereka mengadakan hubungan seksual karena dorongan seks semata-mata atau karena cinta kasih. Diantara kaum homoseks memang ada yang melakukan aktivitas seksualnya karena motif pelacuran. Menjadi semacam pelacur homoseks bagi pelanggan/pemakai jasa orang Indonesia lebih murah tarifnya, sebaliknya menjadi pasangan orang asing tarifnya lebih tinggi. Bahkan ada diantara mereka yang menjadi simpanan dan dicukupi semua keperluannya termasuk diberikan tabungan di bank bagi masa depannya.
Perhatian terhadap pengguna narkotika dan obat psikotropika (narkoba) bentuk injeksi (suntikan) makin besar. Mengingat menurut penelitian Wigati, mendapatkan bahwa pengidap HIV/AIDS yang berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah menggunakan suntikan narkoba cukup lama. Yang berarti kemungkinan menularkan ke populasi yang bukan lewat hubungan seksual semakin meningkat
Seperti yang dikatakan Prof Samsuridjal Djauzi, saat ini, pertambahan pengidap HIV/AIDS dari jalur hubungan seksual baik hetero maupun homo seksual tidak ada gejala menurun jumlahnya, tetapi pada saat yang sama, pertambahan penderita dari jalur pengguna narkoba suntikan makin meningkat. Gambaran demografi orang yang terinfeksi HIV juga mulai berubah, rata-rata umur orang yang terinfeksi HIV menjadi lebih muda. Bahkan menurut beliau pula, frekuensi meningkat justru didapat dari anak-anak jalanan. Beliau menggambarkan bagaimana cara anak-anak jalanan itu mengoplos serbuk putih dengan air. Ternyata air yang digunakan bukanlah air steril. Air biasa. Bahkan ketika dalam suasana dikepung polisi, ketika sedang sakaw, sampai nekat menggunakan air selokan!
Sangat memrihatinkan!
Gambaran ngeri “tsunami HIV/AIDS” sudah di depan mata! Gambaran tsunami? Iya! Coba diingat-ingat lagi. Dari jalur penularan lewat hubungan seks tahun 1984 aja yang tidak se-vulgar dengan tahun 2000-an, dua Kota (Jakarta & Surabaya) yang resminya ada 2000 PSK dengan aktivitas kontak seksual tidak normal sebanyak 10.000 ribu kali dalam semalam. Ini belum yang di jalur panti pijat, rumah-rumah bordir gelap dan yang di jalanan serta yang di rumahan. Apalagi sekarang! Sudah sangat meluas hingga anak-anak SMP/SMA.
Jadi munculnya epidemi HIV/AIDS hanya tinggal menunggu waktu! Seperti epidemi gonorhoea yang pernah terjadi di kota Colorado Amerika di atas. Na’udzubillah
INFEKSI HIV DAN AIDS
Sudah paham kan mengenai perbedaan infeksi menular seksual dengan penyakit menular seksual. Kalau sudah paham, mari kita terapkan definisi tersebut pada Infeksi Human Immunodeficiency Virus atau biasa dikenal dengan singkatan HIV, dengan Acquired Immuno Deficiency Syndrome.
Anda benar!
Human Immunodeficiency Virus adalah penyebab sakit, sedangkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah akibat sakitnya. Jadi terinfeksi virus dulu baru menimbulkan sakit belakangan. Cuman yang jadi masalah adalah waktu antara masuknya virus hingga menjadi penyakit itu memakan waktu tahunan. Jadi cukup waktu dan kesempatan untuk menularkannya kepada banyak orang.
Nama pribadi : lentivirus mempunyai 2 saudara; yaitu human immunodeficiency virus 1 (HIV 1) dan human immunodeficiency virus 2 (HIV 2), yang HIV 1 lebih ganas ketimbang HIV 2
Nama keluarga : Retroviridae
Biasanya mereka sering dipanggil dengan nama keluarganya Retroviridae. Seperti singkatan obat ART (Anti Retro Virus) misalnya merujuk pada keluarganya kan, bukan nama pribadinya.
Sekitar 30 juta orang sedunia saat ini dalam tubuhnya mengandung “penampakan-penampakan” seperti pada foto identitas mereka. “Penampakan” ini telah menyebabkan 30 juta orang itu merosot kadar limfosit T CD4. Limfosit T CD4? Opo maneh?
Ho oh saya tahu kok.. makanya mau saya jelaskan
Begini ceritanya….
Darah dalam tubuh kita diambil lewat pembuluh vena seperti pada pengambilan darah saat donor darah, sekitar 5 cc, di taruh dalam tabung seperti di bawah ini
Setelah itu ditaruh di alat pemutar, dengan kecepatan ribuan putaran per menit seperti putaran mesin kendaraan bermotor selama beberapa menit, maka bagian yang lebih berat akan mengendap ke bawah dan akan tampak seperti ini (akan terlihat komponen-komponen darah)
Dari 30 persen jajaran pimpinan (jendral limfosit) ada tiga jenis keahlian. Ahli penyusunan strategi serangan dan perbanyakan pasukan diperankan oleh sel limfosit T CD4. Ahli pengendalian serangan dan mengerem jumlah pasukan adalah sel limfosit T CD8. Dan ahli pengadaan senjata perang yang diperankan oleh sel limfosit B, yang nantinya akan merubah diri menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Selanjutnya antibodi ini akan membuat serangan terhadap musuh jauh lebih efektif dan efisien.
Waduh mas… suseh banget deh. Kok pusing-pusing banget sih mikirin sel limfosit T CD 4? Kayak ga ada kerjaan aja!
Begini lho..
Pada infeksi HIV, jendral yang diobok-obok oleh si HIV 1 maupun HIV2 adalah jendral ahli dalam penyusunan strategi serangan dan perbanyakan pasukan. Akibatnya terjadi gangguan berat dalam penyerangan dan perbanyakan pasukan. Penyerangan menjadi lumpuh.
Semakin lama HIV1 dan/atau HIV2 bercokol dalam tubuh, maka jumlah HIV1 dan/atau HIV2 makin bertambah atau biasa disebut viral load. Sebaliknya jumlah sel limfosit T CD4 sering pula disingkat sel T CD4 dan sering pula lebih disingkat sel CD4, semakin turun. Angka yang dianggap kritis adalah 200 sel CD4 per cc darah. Bila sel CD4 kurang atau sama dengan 200 sel per cc darah, maka pemberian obat anti retrovirus harus segera diambil, walaupun stadium klinisnya masih stadium 1. Kalo ga percaya mari saya tunjukin rekomendasi WHO tentang kapan memulai terapi antiretrovirus biasa disingkat dengan ART.
BAGAIMANA HIV DITULARKAN
HIV disebar luaskan melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi, melalui penggunaan jarum suntik dan siring injeksi secara bersama dengan orang yang terinfeksi atau yang sangat jarang darah transfusi yang terinfeksi. Bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi HIV dapat menjadi terinfeksi sebelum atau selama kelahiran atau melalui pemberian air susu ibu setelah kelahiran. Dalam seting layanan kesehatan, pekerja kesehatan menjadi terinfeksi HIV akibat tertusuk jarum yang mengandung darah yang terinfeksi HIV, yang lebih jarang, darah pasien yang terinfeksi HIV masuk ke membran mukosa (selaput lendir, seperti dibagian dalam kelopak mata yang berwarna kemerahan, atau bagian dalam telinga), contohnya ketika melakukan tindakan pembedahan darah pasien muncrat memasuki bagian dalam kelopak mata. Di Amerika terdapat sedikit bukti bahwa pekerja kesehatan menularkan HIV kepada pasiennya. Penelitian menyeluruh yang melibatkan lebih dari 22.000 pasien dari 63 dokter, dokter bedah dan dokter gigi yang terinfeksi HIV dan menunjukkan tidak ada satu pun kasus penularan dari jenis ini.
Banyak orang yang khawatir bahwa HIV dapat ditularkan dengan cara yang lain seperti terhambur di udara, air, atau melalui serangga misalnya digigit nyamuk. Tidak ada bukti ilmiah yang membenarkannya. HIV tidak dapat berkembang di dalam tubuh nyamuk. Jika terbukti maka akan lebih banyak lagi penderita anak-anak dan remaja yang terkena, seperti halnya wabah demam berdarah.
Termasuk pula tidak ada bukti penularan lewat air ludah, keringat dan air mata. Juga tidak ada bukti pekerja pengemasan makanan/minuman yang menularkan HIV ke makanan / minuman yang dia kemas. Aktivitas berciuman ringan bibir menyentuh bibir, tidak beresiko menularkan HIV. CDC merekomendasikan agar menghindari ciuman “Prancis” atau berciuman dengan bibir terbuka dengan orang yang terinfeksi HIV, karena berpotensi kontak dengan darah selama berciuman tersebut.
Menurut CDC, efektifitas kondom dalam mencegah penularan HIV sama efektifnya dalam perannya sebagai alat kontrasepsi. Kegagalan kondom yaitu robek kurang dari 2 persen. Hanya kondom dari bahan latex atau polyurethane yang memberikan perlindungan mekanis yang tinggi terhadap HIV. Tetapi di laboratorium, virus kadang-kadang bisa melintasi membran (“kulit”) kondom, karena HIV bisa melintasi pori-pori kondom. Sehingga banyak ahli yang tidak merekomendasikan kondom untuk perlindungan terhadap penularan HIV. Anehnya banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pemggunaan kondom latex memberikan perlindungan yang tinggi dalam usaha mencegah penularan penyakit menular seksual termasuk HIV, tetap dengan catatan tidak robek .
Perwakilan WHO di Eropa telah mempublikasikan perkiraan resiko aktivitas-aktivitas penularan HIV, yang merupakan kompilasi dari berbagai penelitian yang telah dilakukan secara luas. Mengenai perkiraan resiko aktivitas tertularnya HIV dapat dilihat dalam tabel 4 berikut. Ada beberapa istilah yang perlu saya klarifikasi. Maaf agak vulgar, Insertif; berarti yang memasukkan penis, sedangkan reseptif adalah yang dimasuki penis. Perkiraan resiko ini dengan asumsi para pelaku tidak menggunakan kondom pada hubungan seks.
MENGAPA HIV / AIDS MENJADI PENTING
UNAIDS memperkirakan, saat ini terdapat 33.2 juta orang dengan HIV/AIDS (ODHA), termasuk di dalamnya 2.5 juta yang masih anak-anak. Selama tahun 2007 sekitar 2.5 juta orang dengan infeksi baru HIV. Separoh dari orang yang terinfeksi baru HIV ini berusia kurang dari 25 tahun dan meninggal sebelum mereka berusia 35 tahun. Sekitar 95 % orang dengan HIV/AIDS tinggal di negara-negara berkembang. Tetapi HIV kini telah menjadi ancaman serius bagi semua orang pria, wanita dan anak-anak di semua benua di dunia ini.
Lebih dari 25 juta orang mati akibat AIDS sejak tahun 1981
Afrika memiliki 11.6 juta anak yatim (piatu) penderita AIDS.
Di akhir tahu 2007, wanita terhitung 50% dari seluruh dewasa dengan HIV di seluruh dunia dan 59%-nya tinggal di Afrika sub-Sahara.
Orang yang masih berusia muda (di bawah 25 tahun) menyumbang separoh lebih dari semua pengidap infeksi HIV baru di seluruh dunia.
Di negara yang sedang berkembang dan sedang mengalami transisi, 9.7 juta orang membutuhkan obat penyelamat hidup segera, dan baru 2.99 juta (3%) yang baru menerima obat-obatan.
Tren Global
Jumlah orang dengan HIV meningkat dari sekitar 8 juta orang di tahun 1990 menjadi 33 juta orang saat ini, dan terus akan bertambah. Sekitar 67% orang dengan HIV tinggal di Afrika sub Sahara.
Selama tahun 2007 terdapat lebih dari dua setengah juta orang dewasa dan anak-anak yang terinfeksi HIV. Di akhir tahun tersebut, diperkirakan 33 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV/AIDS. Pada tahun yang sama juga terdapat dua juta kematian akibat AIDS, meskipun sudah terdapat perbaikan dalam akses terapi antiretrovirus.
Untuk lebih menyakinkan lagi, berikut saya paparkan juga perbandingan angka kejadian HIV, Hepatitis, Sifilis dan gonorrhoea di tiga wilayah eropa
Bagaimana dengan Indonesia
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai media pemberitaan oleh Komisi Nasional Penanggulangan AIDS, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia mempunyai tren peningkatan yang signifikan dan sangat memrihatinkan. Secara nasional total jumlah penderita HIV / AIDS di Indonesia pada tahun 2008 adalah 120.000 orang. Beberapa daerah dengan ciri khusus menunjukkan tren yang lebih memrihatinkan bahkan di ambang bahaya epidemi. Di Bali dilaporkan setiap hari 3 pengidap HIV / AIDS meninggal dunia. Di Jakarta adalah daerah yang berada di ambang bahaya epidemi, dengan pertambahan rata-rata 3.123 kasus baru per bulan, penularan terjadi karena penggunaan narkoba suntik 55%, hubungan seks waria 34%, penjaja seks langsung 10,2% dan penjaja seks tidak langsung 5,7%. Jumlah pengidap HIV/AIDS di Jakarta bertambah dua kali lipat dalam kurun waktu dua tahun sepuluh bulan. Di Propinsi DIY dengan statusnya sebagai kota wisata dan pelajar, jumlah penderita HIV / AIDS dalam enam tahun terakhir sampai 2007 naik 10 kali lipat, semula 20 orang menjadi 393 orang, sebagian besarnya berusia produktif 15 – 30 tahun. Di Kotamadya Surakarta, terhitung November 2005 hingga Oktober 2008 terdapat 181 penderita, jumlah itu didapat dari pasien yang datang ke klinik untuk memeriksakan diri. Artinya, penderita yang belum datang ke klinik belum masuk data. Dari total 181 penderita, untuk HIV sebanyak 92 orang dan AIDS 89 orang. Dari jumlah itu, untuk penderita HIV yang masih hidup sebanyak 46 orang dan penderita AIDS yang masih hidup sebanyak 75 orang.Dengan kata lain, sebanyak 17 penderita HIV dan 43 penderita AIDS telah meninggal. Dua lokasi risiko tinggi, Masing-masing di Ketelan dan Gilingan Banjarsari. Saat ini, angka kelompok risiko tinggi HIV/AIDS di Kotamadya Surakarta mencapai 17.000 orang.
Dampak ekonomi dari HIV / AIDS, tidak diragukan lagi. Untuk kebutuhan obat anti retroviral saja sudah memakan biaya yang banyak. Jika di tahun 1988 harganya Rp8 sampai Rp10 juta per bulan kemudian turun menjadi Rp5 juta, dan berkat kerjasama dengan industri farmasi India di tahun 2001 turun lagi menjadi Rp2,2 juta. Selanjutnya turun menjadi Rp1.050 ribu, kemudian Rp 850 ribu samapai Rp600 ribu dan terakhir saat ini sisa Rp380 ribu per-paket tiap bulan. Sebagai gambaran untuk menunjukkan besarnya biaya untuk obat (bulan Oktober 2008), saat stok obat antiretroviral (ARV) habis, KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Nasional mengalokasikan Rp 1,2 miliar untuk menyediakan tiga jenis obat ARV selama dua bulan. Padahal, obat ARV ada sembilan jenis. Selain itu,upaya pengobatan membutuhkan banyak dana untuk menyembuhkan penyakit infeksi ikutan dan tes di laboratorium.
BAGAIMANA MEKANISME TIMBULNYA PENYAKIT AIDS?
Kalau boleh saya menyederhanakan permasalahan, inti dari permasalahan penyakit AIDS adalah virus retrovirus penyebabnya mempunyai kesenangan (sudah berjodoh) untuk hidup di dalam sel pertahanan yang berperan sebagai otak atau jenderal yang cerdas dan mempunyai kemampuan dalam mengenali siapa musuh siapa teman dan dapat memerintahkan perbanyakan sel prajurit yang melakukan penyerangan terhadap mikroorganisme asing. Karena otak dari strategi penyerangan atau jendralnya yang justru diserang dan dilumpuhkan maka gejala-gejala yang muncul adalah gejala-gejala lemahnya sistem pertahanan seperti yang disebutkan dalam infeksi oportunistik di atas.
Masih belum jelas? Gambar skema di halaman berikut semoga bisa membantu memahami apa yang sebenarnya terjadi
GEJALA KLINIS AIDS
Kasus pertama AIDS dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1981 sedangkan penyebab AIDS ditemukan pada tahun 1984 akhir. Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan oleh Zubairi pada tahun 1986 di Jakarta dan pada tahun 1987 Tuti Parwati melaporkan kasus AIDS di Bali. Dengan bertambahnya jumlah kasus AIDS di Indonesia khususnya di Jakarta maka terbuka kesempatan untuk mendapatkan pola gejala klinis dan pola infeksi oportunistik.
Sebentar… sebentar, kok banyak istilah rumit sih
Oh iya. Kayaknya yang ini ya; gejala klinis, maksudnya adalah hal-hal yang dikeluhkan oleh penderita, dan bagi dokter berubah menjadi tanda klinis karena hal-hal tersebut bisa dilihat dan dirasa oleh dokter.
Kalau infeksi oportunistik?
Adalah infeksi akibat kuman-kuman yang normalnya bersahabat dengan kita. Kita bisa bersahabat dengan kuman? Iya karena sistem pertahanan tubuh kita yang kuat, memungkinkan kita bisa berinteraksi dengan nyaman dan aman dengan mereka. Untunglah kita diberikan penglihatan yang terbatas. Kalo ga…. Wah ngeri! Kita ga bisa melihat cantiknya atau tampannya wajah seseorang, karena di wajahnya penuh dengan kuman-kuman, walau hanya kuman normal.
Jadi infeksi oportunistik adalah infeksi kuman, baik bakteri, virus maupun jamur yang mengambil peluang penuh akibat turunnya daya tahan tubuh.
OK! Udah siap dengan cerita selanjutnya?
Aida Lydia pada tahun 1994 meneliti gejala klinis yang didapatkan pada penderita AIDS yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), ada lima gejala utama yang didapatkan. Yaitu demam, bahkan didapatkan pada hampir semua penderita AIDS, disusul kemudian batuk, terus penurunan berat badan, sariawan dan nyeri telan serta diarhoea (dibaca diare) kronis. Secara lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 8. Gejala Klinis Penderita AIDS di Indonesia
Manifestasi gejala klinis Prosentase pendertia yang menunjukkan gejala Jumlah penderita yang menunjukkan gejala
Panas lama 100 % 52
Batuk 90.3 % 47
Penurunan berat badan 89.7 % 42
Sariawan + nyeri telan 78.8 % 41
Diarhoea (diare) 69.2 % 36
Sesak nafas 40.4 % 21
Pembesaran kelenjar getah bening 28.8 % 15
Penurunan kesadaran 17.3 % 9
Gangguan penglihatan 15.3 % 8
Neuropati HIV 3.8 % 2
Ensefalopati HIV 4.5 % 2
Sedangkan infeksi oportunistik yang sering dijumpai di RSCM, ternyata infeksi jamur merupakan infeksi yang tersering dijumpai. Secara lengkap infeksi oportunistik yang dijumpai di RSCM dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Pola Infeksi Oportunistik
Infeksi Oportunistik Frekuensi
Kandidiasis mulut dan esofagus (kerongkongan) 80.8 %
Tuberkulosis 40.1 %
Sitomegalovirus 28.8 %
Ensefalitis (radang otak) toksoplasma 17.3 %
Pneumonia peneumocystis carinii 13.4 %
Herpes simpleks 9.6 %
Mycobacterium avium complex 4.0 %
Kriptosporodiosis 2.0 %
Histoplasmosis paru 2.0 %
Pembagian lain, selain menampilkan gejala klinis, juga melibatkan hasil pemeriksaan laboratorium. Yang dilihat adalah hitung jenis sel CD4nya. Gejala klinis, yang nantinya digunakan untuk menentukan stadium klinisnya dikombinasi dengan hasil hitung jenis sel CD4 digunakan sebagai dasar penentuan terapi. Mengenai dasar pemberian terapi pada penderita AIDS dapat dilihat.
Tabel 10. Kantor perwakilan WHO untuk Eropa telah membagi tingkat berat-ringannya gejala dan tanda dalam stadium akut dan 4 stadium klinis AIDS seperti pada tabel berikut :
Infeksi HIV akut
• Asimtomatik (tidak bergejala)
• Sindroma retroviral akut
Stadium klinis 1
• Asimtomatik (tidak bergejala)
• Limfadenopati menyeluruh persisten / Persistent generalized lymphadenopathy (PGL)
Stadium klinis 2
• Dermatitis seboroik (radang kulit terutama di daerah sekitar rambut kepala, pipi, janggut, dada dan punggung)
• Angular cheilitis (semacam sariawan di sudut bibir)
• Recurrent oral ulcerations (sariawan berat yang kambuh-kambuhan dua kali atau lebih dalam enam bulan)
• Herpes zoster (lebih luas dari satu dermatom)
• Infeksi saluran pernafasan yang kambuh-kambuhan (dua kali atau lebih dalam enam bulan terakhir yang juga meliputi sinusitis, otitis media, bronkitis, faringitis, trakeitis)
• Infeksi jamur kuku
• Ujud kelainan kulit gatal berbentuk papel (bercak-bercak dan mengeras di bagian bawahnya)
Stadium klinis 3
• Lekoplakia (plak-plak keputihan) berambut di mulut (biasanya akibat jamur kandida di mulut dan tenggorokan)
• Diare kronis yang tidak jelas lebih dari satu bulan
• Kandidiasis mulut kambuh-kambuhan (dua kali atau lebih dalam enam bulan terakhir)
• Infeksi bakterial berat (seperti pnemonia, empiema, piomiositis, infeksi tulang dan sendi, meningitis, bakteremia)
• Stomatitis, gingivitis atau periodontitis yang berjenis ulserasi nekrosis akut
Stadium klinis 4a
• Tuberkulosis paru (tbc paru)
• Tuberkulosis ekstrapulmoner (tbc di luar paru)
• Berat badan turun dengan sebab tidak jelas (lebih dari 10% dalam enam bulan)
• Sindroma wasting HIV (berat badan turun drastis)
• Pneumonia pneumocystis
• Gambaran radiologis pnemonia bakterial atau pnemonia berat kambuh-kambuhan (dua kali atau lebih dalam satu tahun)
• Retinitis (±colitis) CMV (Cytomegalovirus)
• Herpes simplex virus (HSV) (kronis dan persisten sedikitnya satu bulan terakhir)
• Ensefalopati (penurunan fungsi otak) terkait dengan HIV
• Kardiomiopati (kelemahan fungsi jantung) terkait dengan HIV
• Nefropati (penurunan fungsi ginjal) terkait dengan HIV
• Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
• Sarkoma Kaposi dan keganasan lain yang terkait dengan HIV
• Toxoplasmosis
• Infeksi jamur menyeluruh (misalnya candida, coccidomycosis, histoplasmosis)
• Cryptosporidiosis
• Meningitis cryptoccocal
• Infeksi mikobakterial non-tbc atau infeksi mikobakterial diseminata selain tbc
Kemungkinan bisa dimasukkan dalam stadium 4 bila didukung bukti yang cukup akan adanya : kanker pada anus dan limfoma (limfoma Hodgkin sel T)
Sumber : WHO Regional Office for Europe 2007
INFEKSI MENULAR SEKSUAL VS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Klarifikasi Istilah
Sebelum memulai, mau klarifikasi istilah dulu
HIV : singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, virus yang menyebabkan penyakit kelemahan sistem kekebalan tubuh.
AIDS : singkatan dari Acquired ImmunoDeficiency Syndrome, penyakit atau dari istilah ini disebut dengan sindroma kelemahan sistem kekebalan tubuh. Melihat dari arti katanya kelemahan sistem kekebalan tubuh, berarti, orang yang menderita penyakit ini mengalami penurunan kemampuan dalam mengatasi musuh-musuh sistem pertahanan tubuh, seperti virus, bakteri yang mencoba menerobos masuk tubuh kita. Jadi orangnya mudah sakit infeksi. Kelemahan sistem kekebalan tubuh ini bersifat di dapat dari luar. Artinya ia mendapat dari luar, bukan seperti pada beberapa penyakit yang bersifat menurun atau penyakit keturunan atau akibat penyakit lain seperti kondisi penyakit diabetes melitus yang kronis dan berakibat penurunan kekebalan tubuh.
Jadi HIV adalah penyebab, sedangkan AIDS adalah penyakit yang diakibatkannya.
………………………………………………………………………………………………………
Saat saya menulis buku ini, penyeranta handphone saya berbunyi…. ternyata ada SMS.
dari 08564xxxxx
dok, ini Evi mhn maaf mo nanya gynecosid itu obat apa sih, efek smpingnya apa? kalo beli mmang hrs pake resep?
Saya menjawab
081225xxxxxx
Itu obat hormon kewanitaan, hrs dengan resep dokter. Lha ada apa mbak?
Beberapa menit kemudian
Dari 08564xxxxx
Saya sdh ga mens 2 bln ini, kata tmn2 gynecosid itu bisa membuat mens. Kalo boleh sy mnta respnya ya dok.. boleh ya
Saya membalas kembali
081225xxxxxx
Wah mbak kalo nulis resep apalagi obt hrs ada alasannya. Ga bs lgsng tembak. Sy sarankan mbak perxa lab dulu, mmastikan itu bukan kehamilan..
Kembali ada balasan
Dari 08564xxxxx
Trs terang kayaknya hamil, sy sdang skripsi, sy anak sulung, si cowok cuek… sy didiemin aja
Saya balas sms-nya
081225xxxxx
Mbak Evi yg b4ik, sy ada pasien anak, dia cacat, matanya suka nglirik ke atas, air ludahnya suka nyrocos terus… ortunya sm2 mhsiswa. Mncoba menggugurkan, dng obt mcm2 tms obt kimia & trdisionl. Ternyt anaknya ttap bertahan smpe lahr. Skrng ke2 ortunya ga tahu dimana. Anak itu dirwt pa becak.. maaf mbak kalo sy mngcewakn..
………………………………………………………
Penasaran ya kelanjutan ceritanya...
Bicara mengenai infeksi HIV / AIDS, tidak lepas dari perilaku manusia terutama berkaitan dengan perilaku seksual. Perilaku seks bebas, tampaknya saat ini sudah menjadi ancaman tersendiri yang memrihatinkan. Kasus Evi tidak sendiri. Seorang pakar media, mengatakan saat ini Indonesia mempunyai lebih dari 500 film porno. Dan bintangnya sebagian besar remaja SMP dan SMA. Dan yang lebih memrihatinkan adalah sebagian besar tempat terjadinya pembuatan film porno itu berada rumah orang tuanya sendiri saat rumah sepi, tidak ada siapa-siapa.
Eh ngomong-ngomong kasihan ya anak yang bola matanya suka ngelirik ke atas, ludahnya suka nyrocos keluar, korban ortunya yang sama-sama tidak menghendaki kelahirannya, karena ketergesaan cinta dan berusaha membunuhnya, tetapi gagal, akhirnya lahir cacat seperti yang saya ceritakan di sms.
Puisi sang anak malang
Ooh sungguh malang diriku
Akulah noda dari cinta yang bergairah
Akulah aib dari cinta yang merekah
Akulah satu bintang yang coba dihapus dari malam
Akulah kota yang coba dihapus dari peta
Tetapi mereka tidak mampu mengubah takdir
Aku tetap terlahir
Aku tetap ada
Semua perasaan yang seharusnya ada untukku, tetapi dia dicampakkan jauh-jauh
Aku dianggap tidak ada
Aku tak diacuhkan sama sekali
Aku lahir dengan ketidaksiapan cinta
Aku lahir tak diharapkan
Aku lahir tuk dikorbankan
Aku lahir tuk dikalahkan oleh harga diri
Aku lahir tuk dicampakkan agar mereka tetap terhormat di depan manusia
Dengan cacat yang tlah mereka lakukan padaku
Cacat yang harus aku tanggung sendiri sampai tutup usiaku menjelang
Penderitaan yang aku jalani tanpa penerimaan
Tanpa dukungan
Bahkan oleh bapak ibu biologisku sendiri
Kasus Evi dan anak cacat yang gagal diabortus ortunya adalah masalah yang sering dijumpai di era “kebebasan seksual” dewasa ini. Abortus arti katanya usaha menggagalkan kehamilan, bisa pula diartikan usaha “membunuh” janin. Kriteria usia “membunuh” masih menjadi kontroversi di kalangan medis di berbagai belahan dunia. Istilah abortus dimunculkan untuk lebih membuat “nyaman” ketika melakukan tindakan “membunuh” janin. Apalagi kalau dilakukan secara sengaja dan bukan karena indikasi medis. Kejadian abortus yang berhasil (contoh di atas adalah kasus abortus yang tidak berhasil) mempunyai catatan statistik yang luar biasa. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
• 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
• antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
• antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
• antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Resiko tindakan abortus banyak ditanggung oleh wanita. Kita lihat dari data yang dihimpun oleh WHO semuanya ditanggung wanita. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun:
• dilakukan 20 juta unsafe abortion.
• 70.000 wanita ineninggal akibat unsafe abortion.
• 1 diantara 8 kematian ibu disebabkan unsafè abortion.
Kasus Evi dan 500 film porno produk dalam negeri, serta abortus sebagai dampaknya, hanyalah sebagian dari fenomena gunung es yang mencuat ke permukaan. Sebagian besar kasus yang tidak muncul masih tidak terdeteksi, tetapi menyimpan bom waktu yang tinggal menunggu waktu kapan akan berubah menjadi sebuah ledakan dahsyat yang akan membahayakan ketenangan dan kenyamanan hidup yang kita alami.
Selama saya melakukan praktik dalam delapan tahun terakhir, saya menjumpai lebih dari sepuluh kasus penyakit menular seksual seperti gonorhoea (dibaca gonore), atau orang biasa menyebut dengan kencing nanah. Karena yang sering dikeluhkan pada muara penisnya merembes carian putih kental bercampur nanah, menjadi flek-flek kekuningan di celana dalamnya. Dan yang lebih memrihatinkan adalah kesemuanya adalah mahasiswa. Kalau kita merujuk pada kepustakaan, seseorang yang telah menderita gonorhoea didapatkan telah melakukan hubungan seksual rata-rata dengan 4 pasangan seksual. Penderita sifilis melakukan hubungan seks dengan rata-rata 5 pasangan seksual yang tidak diketahui asal-usulnya.
Jadi 10 mahasiswa yang datang di tempat praktik saya dalam 8 tahun terakhir, mencerminkan sudah punya resiko menularkan dan ditularkan penyakitnya kepada 40 pasangan seksual mereka. Bahkan ada dua orang dari mereka datang ke tempat praktik karena kambuh lebih dari empat kali dalam periode waktu yang berbeda.
Sebentar.
Kayaknya Anda belum percaya bagaimana perilaku seks bebas bisa mempunyai dampak yang mengerikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kisah berikut, kisah favorit saya untuk menjelaskan bagaimana sebuah epidemi itu bisa terjadi. Mari kita simak kutipan berikut.
Epidemi Gonorhoea di Colorado Springs, Colorado
Colorado Spring sebuah kota dengan penduduk 100.000 orang telah mengalami suatu epidemi gonorhoea. Epidemi itu tidak saja menyerang orang dewasa, tetapi juga menyerang bayi-bayi, dimana kedua matanya menjadi bernanah hebat.
John Potterat, seorang epidemiolog mencoba menganalisis bagaimana epidemi tersebut bisa terjadi. Dengan mewancarai setiap orang yang datang di Puskesmas untuk pengobatan penyakit ini selama jangka waktu enam bulan. Ia menemukan bahwa sekitar separuh dari kasus keseluruhan pada hakikatnya dialami oleh orang dari empat kawasan pemukiman yang hanya 6 persen dari luas seluruh kota. Selanjutnya, separuh di antara mereka yang termasuk 6 persen itu sering berkunjung ke enam buah bar yang sama. Maka John Potterat mewancarai 768 orang dalam kelompok kecil itu dan menemukan 600 di antara mereka tidak menularkan gonorhoe kepada siapa pun atau hanya menularkannya kepada satu orang lain. orang-orang ini disebutnya bukan penular (nontransmitter). Sementara itu, orang-orang yang memicu epidemi – orang-orang yang menginfeksi dua, tiga, empat, atau lima orang lain dengan penyakit ini – adalah 168 orang yang tersisa. Dengan kata lain, di seluruh kota Colorado Springs – sebuah kota yang berpenduduk lebih dari 100.000 orang – epidemi gonorhoe dipicu menjadi dramatis oleh ulah 168 orang di empat kawasan pemukiman yang senang bersosialisasi di enam bar yang sama.
Siapakah 168 orang ini? Mereka bukan seperti orang seperti Anda atau saya. Mereka orang yang keluar rumah setiap malam, orang yang berganti-ganti pasangan dalam menyalurkan hasrat seksual, orang dengan gaya hidup dan perilaku yang menyimpang dari kelaziman. Pada pertengahan 1990-an, misalnya, di sebuah gelanggang olahraga dan rekreasi di East St. Louis, Missouri, ada seorang pria bernama Darnell “Boss Man” Mc Gee. Ia sosok pria bertubuh tinggi besar lebih dari satu meter delapan puluh, tampan, mahir bersepatu roda, yang sengaja memikat gadis-gadis remaja melalui keterampilannya di arena sepatu roda. Kelompok usia yang paling disukainya adalah tiga belas dan empat belas tahun. Ia membelikan mereka perhiasan, mengajak mereka berjalan-jalan dengan Cadilac-nya, membuat mereka “melayang tinggi” dengan narkotika, dan memperkenalkan mereka dengan kenikmatan hubungan seks. Antara tahun 1995 – 1997, ketika ia tewas ditembak oleh seseorang, ia telah berhubungan seks dengan sedikitnya 100 wanita dan (sebagaimana terbukti belakangan) telah menginfeksi setidaknya 30 di antara mereka dengan HIV.
Coba Anda garis bawahi tebal-tebal, pakai yang berwarna juga boleh. Epidemi yang menyerang 100.000 warga akibat ulah 168 warganya. Bahkah salah seorang diantaranya terbukti telah menularkan HIV kepada 30 pasangan seksualnya yang kebanyakan gadis yang berusia 13 – 14 tahun!!!
Coba cermati lagi dan garis bawahi lagi. Darnell “Boss Man” Mc Gee, seorang pria kharismatik dalam menggaet gadis-gadis belia, juga suka mengajak mereka “melayang tinggi” dengan narkotika…
Ada perilaku tambahan selain perilaku seks bebas, yaitu perilaku pengguna narkotika! Kombinasi yang sinergis dalam menularkan HIV. Nanti kita akan bahas tersendiri. Sabar ya.
Sebelum berbicara lebih lanjut, kita perlu mencermati definisi penyakit menular seksual dan infeksi menular seksual. Pengertian ini sangat bermanfaat untuk nantinya membedakan istilah antara infeksi HIV dan penyakit AIDS.
Pembedaan istilah penyakit menular seksual dengan infeksi menular seksual dimulai sejak tahun 1998. Kalau infeksi menular seksual berarti bakteri atau virus penyebab sudah masuk tubuh seseorang, tetapi masih belum memunculkan gejala-gejala yang membuat seseorang disebut sakit. Jadi seseorang yang di dalam tubuhnya ada bakteri atau virus penyebab penyakit menular seksual, belum tentu dia dalam keadaan sakit. Bisa jadi dia masih seperti orang normal, atau orang medis menyebut asimptomatik artinya tidak bergejala.
Sebaliknya istilah penyakit menular seksual, gejala-gejala penyakit sudah ditemukan, dan dipastikan kuman atau bakteri maupun virus penyebab ada dalam tubuhnya. Walaupun kenyataannya menemukan kuman atau bakteri maupun virus penyebab bukanlah perkara yang mudah.
Mengapa harus dibedakan kedua istilah itu? Apa pentingnya?
Kalau sudah menjadi penyakit, maka akan jelas. Dokter, keluarga pasien, tetangga pasien, dan tentu saja pasiennya sendiri sudah bisa merasakan adanya penyakit. Semuanya bisa dilihat, dirasa, diraba dan tentu saja diperhatikan dengan seksama. Asal penderitanya mau terbuka. Tapi, sayangnya, menurut kebiasaan hanya terbuka sama dokter.
Contohnya penyakit GO atau gonorhoea, pada penderita laki-laki, penderita sendiri sudah bisa merasakan. Bangun pagi ketika mau ke pipis, ketika membuka celana, dia terkejut-kejut melihat ada flek-flek kekuningan menodai celana dalamnya. Penderita sifilis, baik pria maupun wanita, melihat ada luka di kemaluannya. Sebagaimana umumnya penyakit infeksi lainnya, juga disertai badan meriang, pegel-pegel serasa habis dipukulin orang sekampung. Badan capek dan sebagainya dan sebagainya.
Kembali ke masalah tadi kenapa harus dibedakan dan mengapa penting. Kalau yang sudah jelas dia berpenyakit. Dia merasa terganggu dan menyadari kalau dia berpenyakit. Terus datang ke tempat dokter. Dikasih obat, infeksi bisa teratasi dan diberi nasihat sama dokter agar berperilaku seks yang sehat. Dia lebih hati-hati, atau dokter sudah bisa mengetahui siapa biang kerok penyebab penularan. Kalau seandainya di kemudian hari ada orang sakit serupa dan pernah ada riwayat kontak seksual dengan si dia. Tetapi kalau sudah bisa diobati dan kebetulan dunia medis sudah menemukan obatnya dan kumannya tidak kebal, seperti gonorhoea dan sifilis, masih sedikit bisa bernafas lega, penularan untuk sementara bisa diputus. Sementara?
Iya, coba diingat-ingat data penelitian sebelumnya, satu penderita gonorhoea sudah melakukan hubungan seksual dengan empat partner seksual. Sementara satu penderita sifilis sudah melakukan hubungan seksual dengan lima partner seksual. Masih ingat? Lalu..
Kalau seseorang pada saat sudah tertular, tetapi dia belum menunjukkan gejala-gejala penyakit, berarti dapat dikatakan bahwa orang ini tampaknya normal, tetapi dalam tubuhnya terutama daerah kelaminnya ada kuman, sudah bisa menularkan ke banyak orang orang. Kemudian dia sakit, periksa ke dokter, dan diobati. Setelah diobati terus sembuh. Dia kembali ke habitatnya semula.
Berarti… dia bisa tertular kembali?!
Iya Anda benar.
Dia bisa tertular kembali. Jadi kuman yang ada di kelamin itu bisa berpindah-pindah seperti bola ping pong yang dipukul ke sana kemari oleh pemainnya.
Itulah bedanya dan mengapa penting dibedakan kedua istilah Infeksi Menular Seksual dan Penyakit Menular Seksual.
Faktor penting lainnya dari perilaku per-ping-pongan tadi, berarti dapat dikatakan daerah perkelaminannya dan organ pembiakan (reproduksinya) sering terinfeksi. Berarti sering radang. Ibarat militer, merupakan daerah rawan bergejolak. Sehingga penduduk sel-selnya rawan mengalami pemberontakan. Pemberontakan sel inilah dikenal dengan istilah kanker. Pemberontakan sel yang mengganas melawan pemerintahan tubuh. Yang berarti bisa mengancam hidup penderita.
Jadi dapat dikatakan: komplikasi medis dari penyakit menular seksual terutama yang kronis selain tentu saja biaya kesehatan yang mahal, adalah bisa menyebabkan kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, dan kanker yang tentu saja bisa berakibat pada kematian.
Orang-orang yang suka main ping pong kuman penyebab penyakit menular seksual ini dalam istilah kedokterannya disebut dengan kelompok perilaku resiko tinggi. Sederhananya mereka yang masuk dalam kelompok perilaku resiko tinggi adalah 168 orang yang menjadi biang kerok epidemi gonorhoea di Colorado pada cuplikan di atas. Masih ingat? Itu lho, yang salah satu diantara mereka ada namanya Darnell “Boss Man” Mc Gee, pria yang tingginya 180 cm keren banget, banyak gadis yang mau diajak kencan, dan menularkan HIV pada 30 dari 100 gadis yang pernah diajaknya berhubungan seks. Masih belum ingat. Udah deh dilihat dulu di halaman sebelum ini yang ada judul kecil Epidemi Gonorhea di Colorado Springs, Colorado.
Lalu mengapa kok sampai bisa bayi-bayi ikut tertular sampai kedua matanya bernanah hebat?
Pintar! Pertanyaan yang bagus.
Mengapa kuman penyebab yang menjadi bola ping pong bisa sampai keluar lapangan, bahkan sampai terlempar jauh? Inilah masalah utamanya. Pada kasus epidemi gonorhoea di Colorado Springs di atas ternyata ada andil dari profesional kesehatan yang tidak disiplin dalam menerapkan prinsip patient safety dalam bekerja. Para perawat lupa tidak menyucihama tangannya setelah menangani seorang ibu dari kelompok perilaku resiko tinggi yang melahirkan anaknya, kemudian menolong bayi-bayi lain di bangsal yang sama, yang ibunya normal-normal aja. Akibatnya bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang BUKAN termasuk dalam kelompok perilaku resiko tinggi juga ikut tertular. Infeksi pada bayi sehat akibat tindakan profesional kesehatan yang tidak mengindahkan prinsip patient safety ini dikenal dengan nama infeksi nosokomial. Pencegahannya sederhana. Hanya mencuci tangan dengan sabun sebelum berpindah menangani pasien selanjutnya. Saat ini telah banyak penyucihama alkohol berbentuk gel, sehingga sangat praktis dan tidak merepotkan perawat atau bidan yang banyak menangani pasien dengan berbagai kondisi infeksi di rumah sakit.
Sudah clear kan? Alhamdulillah. Sekarang kita pada akhir dalam pembahasan mengenai infeksi menular seksual dengan penyakit menular seksual. Beberapa poin penting yang dipelajari disini adalah :
1. Istilah penyakit menular seksual dan infeksi menular seksual adalah berbeda. Infeksi menandakan kuman penyebab masuk tetapi belum memunculkan sakit tetapi dapat menular. Sedangkan penyakit menular seksual, sudah muncul gejala-gejala yang menyimpulkan suatu penyakit dan kuman sudah ada di dalam tubuhnya dalam kurun waktu tertentu sebelum penyakit muncul.
2. Infeksi maupun penyakit menular seksual adalah penyakit perilaku. Maka penanganan yang utama adalah penanganan perilaku. Terutama pada kelompok perilaku resiko tinggi. Maka kampanye kesehatan seksual ditekankan pada kelompok ini.
3. Ketiga peran profesional kesehatan dalam menerapkan prinsip-prinsip patient safety sangat membantu dalam melokalisir fenomena kuman penyebab yang berperan seperti bola ping pong agar tidak melebar di luar arena kelompok mereka yang berperilaku resiko tinggi sebagai pengidap dan penyebar infeksi menular seksual.
KELOMPOK PERILAKU RESIKO TINGGI
Maksudnya adalah siapa saja yang karena perilakunya membuat mereka punya peluang untuk tertular dan menularkan penyakit menular seksual lebih besar ketimbang orang kebanyakan. Atau seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu para pemain utama yang terlibat dalam per-ping-pongan kuman penyebab penyakit menular seksual.
Pembicaraan mengenai kelompok perilaku resiko tinggi sangat penting dalam penanggulangan dan pencegahan infeksi HIV/AIDS, karena faktor penularan utama penyakit tersebut diketahui melalui hubungan seksual. Karena itu kelompok-kelompok yang dianggap berperilaku resiko tinggi perlu memperoleh perhatian dalam upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS. Kelompok resiko tinggi tersebut antara lain adalah kaum homoseksual, akhir-akhir ini sering disebut dengan istilah men have sex with men (MSM), pekerja seks komersial (selanjutnya sering disingkat dengan PSK) dan pelanggannya serta penyalahgunaan narkotika suntikan.
Yuk kita bahas satu-satu
Perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK)
Menurut penelitian yang dilakukan Purnomo dan Siregar di Surabaya pada tahun 1984, rata-rata hari kerja PSK perbulannya 23 – 25 hari. Mau tahu berapa partner seksual yang dilayani oleh seorang PSK dalam satu malam? Kok sukanya penasaran sih!
Dari penelitian yang sama ternyata kemampuan mereka dalam menerima dan melayani tamu bervariasi dari 0 sampai 12 orang. Di Dolly, Surabaya rata-rata setiap PSK melayani 3 – 5 orang, di tempat lain di Kramat Tunggak Jakarta 70% PSK melayani 1 – 3 orang selebihnya melayani 4 – 6 orang setiap malamnya. Jadi, dapat dibayangkan di kedua lokalisasi, dimana jumlah PSK mencapai 2000 orang, maka setiap malamnya diperkirakan sejumlah 10.000 orang melakukan kontak seksual. 10.000 ribu orang laki-laki dari sekian juta penduduk kota Surabaya dan Jakarta waktu itu.
Bandingkan dengan keadaan di Singapura yang penduduknya kurang dari lima juta, yang berarti jumlah prianya sekitar 2,5 juta, terdapat 6000 pekerja seks komersial yang beroperasi di sana. Dapat disimpulkan di negara itu dengan pola seperti di atas, maka setiap malamnya diperkirakan sejumlah 30.000 orang melakukan kontak seksual tidak lazim. Padahal jumlah penduduk Surabaya plus Jakarta jauh lebih besar ketimbang Singapura. Saya tidak mau berkesimpulan lebih lanjut. Kalau Anda berkesimpulan …. Silakan. He he he
Bayangkan pula, intensitas dan frekuensi per-ping-pongan “bola ping pong” kuman baik bakteri maupun virus penyebab penyakit menular seksual cukup tinggi bukan? Ya iyalah.
Perilaku seksual para PSK dalam melayani tamunya bervariasi. Dari penelitian Purnomo dan Siregar di Surabaya, hubungan seks yang biasa dilakukan berupa hubungan seks penis – vagina. Tetapi pelayanan seks oral – genital (felatio) yang di Dolly, Surabaya dikenal sebagai “AC – DC” atau di Ancol, Jakarta dikenal dengan layanan “dua ban”) juga dilakukan di kalangan PSK tersebut. Selain itu dalam jumlah terbatas juga ada yang melakukan hubungan penis – anus (seks anal, yang dikenal dengan istilah layanan “tiga ban”). Biasanya anak buah seperti ini sering disukai oleh pelanggan dan cepat “laku”. Sekalipun wanita yang bersangkutan sedang menstruasi (istilah Dolly, “palang merah” atau “yek – ying”) tetap saja dapat melakukan hubungan seksual dengan cara bukan vaginal.
Perilaku Gang Bang
Satu lagi yang intensitas hubungan seksualnya di atas rata-rata kebanyakan orang. Mereka bukan PSK, yang disebut dengan gang bang. Gang bang atau gangbang adalah situasi di mana seseorang berhubungan seksual dengan beberapa orang secara bergantian. Selain itu istilah lain yang digunakan adalah alley catting. Dalam sejarah dikenal tokoh Messalina dari Kekaisaran Romawi yang menyukai gang bang.
Rekor gang bang
Sejak tahun 1995 beberapa bintang film porno berusaha memecahkan rekor gang bang terbesar di dunia, dimulai oleh Annabel Chong yang mengaku berhubungan seks dengan 251 orang, yang terakhir adalah Ron Jeremy. Setelah itu Jasmin St. Claire mengaku gang bang dengan 300 orang, dan Houston dengan 620 orang. Banyak pihak yang meragukan klaim-klaim ini, karena tidak ada pihak independen yang mengamati dan menghitung dengan seksama.
Perilaku kaum homoseksual / MSM (men have sex with men)
Kata “homo” berarti “sama” atau “sejenis” dalam bahasa Yunani dan “seksualitas” diartikan sebagai “tingkah laku yang bersifat seksual”. Karena itu homoseksualitas diartikan sebagai “suatu gejala dimana dua orang berjenis kelamin yang sama secara seksual merasa tertarik satu dengan lainnya dan keduanya terlibat dalam aktivitas seksual”. Atau “suatu preferensi (kesukaan) erotik bagi sesama jenis, ketika pilihan pasangan lain yaitu lawan jenisnya tersedia”
Jumlah kaum homoseksual sulit diketahui. Ada yang menyatakan bahwa jumlah kaum homoseks adalah piramida terbalik artinya mereka yang berasal dari kelas atas justru jumlahnya lebih banyak ketimbang yang berasal dari kelas bawah.
Sebab-sebab homoseksualitas
1. Sebab biogenik, yaitu sebab yang berkaitan dengan keturunan atau adanya unsur genetik misalnya keturunan, kelainan bawaan atau ketidakseimbangan hormonal. Biasanya dia tidak jelas bentuk fisik jenis kelaminnya.
2. Sebab psikogenik, yaitu penyebab yang berkaitan dengan keadaan jiwa individu yang bersangkutan misalnya karena bujukan/rayuan, tidak memiliki daya tarik terhadap lawan jenis, melarikan diri dari kenyataan, penyakit/gangguan emosi, desakan hati yang kuat dan sebagainya. Berikut adalah contoh ilustrasi
“Pada usia 7 tahun, aku sudah melihat sendiri keributan antara ayah dan ibu. Secara diam-diam aku maupun kakakku mencoba mencari penyebabnya. Ternyata ayah menyenangi wanita lain! Pernah suatu kali aku ikut pergi dengan ibu dan ayah ke Bogor tempat asal kedua orangtuaku. Selama dalam perjalanan dengan bis ayah kelihatan menggoda seorang wanita tanpa sepengetahuan ibuku dan aku melihat wanita itu senang dengan ayah. Anehnya aku tidak membenci ayahku, tetapi justru sebaliknya aku membenci wanita tersebut. Dan mulai saat itu dalam diriku terbesit rasa benci terhadap wanita. Hal ini mempengaruhi diriku hingga aku besar nantinya”
3. Penyebab sosiogenik yaitu sebab-sebab yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, misalnya ada contoh yang tidak baik, pemisahan jenis kelamin dalam waktu yang lama, salah didik atau salah asuh.
Perilaku seksual kaum homoseks
Penelitian lapangan di Jakarta menunjukkan bahwa sebagian besar melakukan hubungan seksual melalui lubang anus, dubur (“nembak, ditembak”) dan kombinasi dengan oral (felatio, ngolom”). Ada sebagian yang melakukan secara “jepit” dan sedikit sekali yang melakukan rimming (jilatan lidah pada anus).
Pada hubungan seksual melalui anus, memang penderita merasakan kesakitan (secara anatomis dan fisiologis tidak disiapkan untuk hal itu) tetapi rupanya membawa kenikmatan sendiri. Pengalaman pertama merupakan trauma bagi yang bersangkutan seperti pada ilustrasi kasus berikut:
“Aku disuruhnya berbuat seperti dalam gambar, aku menyatakan keberatan tetapi dia langsung mengancam diriku dan aku coba menyadarkannya. Kemudian aku disuruhnya “ngesong” tetapi aku menolak. Melihat penolakanku dia mengancam sambil membawa botol pecah, lalu aku sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dengan paksa dia menghadapkan diriku ke belakang dan dia secara paksa juga melampiaskan hasratnya. Aku agak sedikit menjerit pertama kali alat vitalnya dimasukkan secara paksa, seluruh badanku gemetar dan keluar keringat. Rasa nyeri serta sakit di sekitar dubur amat aku tahan. Setelah selesai dan puas kemudian dia tertidur, akupun merebahkan diri ke atas tempat tidur, rasanya seperti ada sesuatu yang hilang dalam diriku”
Dari penelitian kaum homoseks di lokasi Jakarta Selatan diperoleh informasi bahwa 90% pernah berhubungan seksual dengan sesama rekan homoseks, paling sering frekuensi hubungan seks tersebut adalah antara 1 – 3 kali / minggu. Seperlima dari responden pernah mengadakan hubungan seksual dengan orang asing.
Dari penelitian serupa dilaporkan bahwa hampir 85% homoseks memiliki teman/sahabat dekat dan 65% di antaranya pernah melakukan hubungan seksual dengan teman/sahabat dekat tersebut. Kenapa mereka melakukan hubungan seksual? Hampir 3 di antara 4 menyatakan bahwa mereka mengadakan hubungan seksual karena dorongan seks semata-mata atau karena cinta kasih. Diantara kaum homoseks memang ada yang melakukan aktivitas seksualnya karena motif pelacuran. Menjadi semacam pelacur homoseks bagi pelanggan/pemakai jasa orang Indonesia lebih murah tarifnya, sebaliknya menjadi pasangan orang asing tarifnya lebih tinggi. Bahkan ada diantara mereka yang menjadi simpanan dan dicukupi semua keperluannya termasuk diberikan tabungan di bank bagi masa depannya.
Perhatian terhadap pengguna narkotika dan obat psikotropika (narkoba) bentuk injeksi (suntikan) makin besar. Mengingat menurut penelitian Wigati, mendapatkan bahwa pengidap HIV/AIDS yang berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah menggunakan suntikan narkoba cukup lama. Yang berarti kemungkinan menularkan ke populasi yang bukan lewat hubungan seksual semakin meningkat
Seperti yang dikatakan Prof Samsuridjal Djauzi, saat ini, pertambahan pengidap HIV/AIDS dari jalur hubungan seksual baik hetero maupun homo seksual tidak ada gejala menurun jumlahnya, tetapi pada saat yang sama, pertambahan penderita dari jalur pengguna narkoba suntikan makin meningkat. Gambaran demografi orang yang terinfeksi HIV juga mulai berubah, rata-rata umur orang yang terinfeksi HIV menjadi lebih muda. Bahkan menurut beliau pula, frekuensi meningkat justru didapat dari anak-anak jalanan. Beliau menggambarkan bagaimana cara anak-anak jalanan itu mengoplos serbuk putih dengan air. Ternyata air yang digunakan bukanlah air steril. Air biasa. Bahkan ketika dalam suasana dikepung polisi, ketika sedang sakaw, sampai nekat menggunakan air selokan!
Sangat memrihatinkan!
Gambaran ngeri “tsunami HIV/AIDS” sudah di depan mata! Gambaran tsunami? Iya! Coba diingat-ingat lagi. Dari jalur penularan lewat hubungan seks tahun 1984 aja yang tidak se-vulgar dengan tahun 2000-an, dua Kota (Jakarta & Surabaya) yang resminya ada 2000 PSK dengan aktivitas kontak seksual tidak normal sebanyak 10.000 ribu kali dalam semalam. Ini belum yang di jalur panti pijat, rumah-rumah bordir gelap dan yang di jalanan serta yang di rumahan. Apalagi sekarang! Sudah sangat meluas hingga anak-anak SMP/SMA.
Jadi munculnya epidemi HIV/AIDS hanya tinggal menunggu waktu! Seperti epidemi gonorhoea yang pernah terjadi di kota Colorado Amerika di atas. Na’udzubillah
INFEKSI HIV DAN AIDS
Sudah paham kan mengenai perbedaan infeksi menular seksual dengan penyakit menular seksual. Kalau sudah paham, mari kita terapkan definisi tersebut pada Infeksi Human Immunodeficiency Virus atau biasa dikenal dengan singkatan HIV, dengan Acquired Immuno Deficiency Syndrome.
Anda benar!
Human Immunodeficiency Virus adalah penyebab sakit, sedangkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah akibat sakitnya. Jadi terinfeksi virus dulu baru menimbulkan sakit belakangan. Cuman yang jadi masalah adalah waktu antara masuknya virus hingga menjadi penyakit itu memakan waktu tahunan. Jadi cukup waktu dan kesempatan untuk menularkannya kepada banyak orang.
Nama pribadi : lentivirus mempunyai 2 saudara; yaitu human immunodeficiency virus 1 (HIV 1) dan human immunodeficiency virus 2 (HIV 2), yang HIV 1 lebih ganas ketimbang HIV 2
Nama keluarga : Retroviridae
Biasanya mereka sering dipanggil dengan nama keluarganya Retroviridae. Seperti singkatan obat ART (Anti Retro Virus) misalnya merujuk pada keluarganya kan, bukan nama pribadinya.
Sekitar 30 juta orang sedunia saat ini dalam tubuhnya mengandung “penampakan-penampakan” seperti pada foto identitas mereka. “Penampakan” ini telah menyebabkan 30 juta orang itu merosot kadar limfosit T CD4. Limfosit T CD4? Opo maneh?
Ho oh saya tahu kok.. makanya mau saya jelaskan
Begini ceritanya….
Darah dalam tubuh kita diambil lewat pembuluh vena seperti pada pengambilan darah saat donor darah, sekitar 5 cc, di taruh dalam tabung seperti di bawah ini
Setelah itu ditaruh di alat pemutar, dengan kecepatan ribuan putaran per menit seperti putaran mesin kendaraan bermotor selama beberapa menit, maka bagian yang lebih berat akan mengendap ke bawah dan akan tampak seperti ini (akan terlihat komponen-komponen darah)
Dari 30 persen jajaran pimpinan (jendral limfosit) ada tiga jenis keahlian. Ahli penyusunan strategi serangan dan perbanyakan pasukan diperankan oleh sel limfosit T CD4. Ahli pengendalian serangan dan mengerem jumlah pasukan adalah sel limfosit T CD8. Dan ahli pengadaan senjata perang yang diperankan oleh sel limfosit B, yang nantinya akan merubah diri menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Selanjutnya antibodi ini akan membuat serangan terhadap musuh jauh lebih efektif dan efisien.
Waduh mas… suseh banget deh. Kok pusing-pusing banget sih mikirin sel limfosit T CD 4? Kayak ga ada kerjaan aja!
Begini lho..
Pada infeksi HIV, jendral yang diobok-obok oleh si HIV 1 maupun HIV2 adalah jendral ahli dalam penyusunan strategi serangan dan perbanyakan pasukan. Akibatnya terjadi gangguan berat dalam penyerangan dan perbanyakan pasukan. Penyerangan menjadi lumpuh.
Semakin lama HIV1 dan/atau HIV2 bercokol dalam tubuh, maka jumlah HIV1 dan/atau HIV2 makin bertambah atau biasa disebut viral load. Sebaliknya jumlah sel limfosit T CD4 sering pula disingkat sel T CD4 dan sering pula lebih disingkat sel CD4, semakin turun. Angka yang dianggap kritis adalah 200 sel CD4 per cc darah. Bila sel CD4 kurang atau sama dengan 200 sel per cc darah, maka pemberian obat anti retrovirus harus segera diambil, walaupun stadium klinisnya masih stadium 1. Kalo ga percaya mari saya tunjukin rekomendasi WHO tentang kapan memulai terapi antiretrovirus biasa disingkat dengan ART.
BAGAIMANA HIV DITULARKAN
HIV disebar luaskan melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi, melalui penggunaan jarum suntik dan siring injeksi secara bersama dengan orang yang terinfeksi atau yang sangat jarang darah transfusi yang terinfeksi. Bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi HIV dapat menjadi terinfeksi sebelum atau selama kelahiran atau melalui pemberian air susu ibu setelah kelahiran. Dalam seting layanan kesehatan, pekerja kesehatan menjadi terinfeksi HIV akibat tertusuk jarum yang mengandung darah yang terinfeksi HIV, yang lebih jarang, darah pasien yang terinfeksi HIV masuk ke membran mukosa (selaput lendir, seperti dibagian dalam kelopak mata yang berwarna kemerahan, atau bagian dalam telinga), contohnya ketika melakukan tindakan pembedahan darah pasien muncrat memasuki bagian dalam kelopak mata. Di Amerika terdapat sedikit bukti bahwa pekerja kesehatan menularkan HIV kepada pasiennya. Penelitian menyeluruh yang melibatkan lebih dari 22.000 pasien dari 63 dokter, dokter bedah dan dokter gigi yang terinfeksi HIV dan menunjukkan tidak ada satu pun kasus penularan dari jenis ini.
Banyak orang yang khawatir bahwa HIV dapat ditularkan dengan cara yang lain seperti terhambur di udara, air, atau melalui serangga misalnya digigit nyamuk. Tidak ada bukti ilmiah yang membenarkannya. HIV tidak dapat berkembang di dalam tubuh nyamuk. Jika terbukti maka akan lebih banyak lagi penderita anak-anak dan remaja yang terkena, seperti halnya wabah demam berdarah.
Termasuk pula tidak ada bukti penularan lewat air ludah, keringat dan air mata. Juga tidak ada bukti pekerja pengemasan makanan/minuman yang menularkan HIV ke makanan / minuman yang dia kemas. Aktivitas berciuman ringan bibir menyentuh bibir, tidak beresiko menularkan HIV. CDC merekomendasikan agar menghindari ciuman “Prancis” atau berciuman dengan bibir terbuka dengan orang yang terinfeksi HIV, karena berpotensi kontak dengan darah selama berciuman tersebut.
Menurut CDC, efektifitas kondom dalam mencegah penularan HIV sama efektifnya dalam perannya sebagai alat kontrasepsi. Kegagalan kondom yaitu robek kurang dari 2 persen. Hanya kondom dari bahan latex atau polyurethane yang memberikan perlindungan mekanis yang tinggi terhadap HIV. Tetapi di laboratorium, virus kadang-kadang bisa melintasi membran (“kulit”) kondom, karena HIV bisa melintasi pori-pori kondom. Sehingga banyak ahli yang tidak merekomendasikan kondom untuk perlindungan terhadap penularan HIV. Anehnya banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pemggunaan kondom latex memberikan perlindungan yang tinggi dalam usaha mencegah penularan penyakit menular seksual termasuk HIV, tetap dengan catatan tidak robek .
Perwakilan WHO di Eropa telah mempublikasikan perkiraan resiko aktivitas-aktivitas penularan HIV, yang merupakan kompilasi dari berbagai penelitian yang telah dilakukan secara luas. Mengenai perkiraan resiko aktivitas tertularnya HIV dapat dilihat dalam tabel 4 berikut. Ada beberapa istilah yang perlu saya klarifikasi. Maaf agak vulgar, Insertif; berarti yang memasukkan penis, sedangkan reseptif adalah yang dimasuki penis. Perkiraan resiko ini dengan asumsi para pelaku tidak menggunakan kondom pada hubungan seks.
MENGAPA HIV / AIDS MENJADI PENTING
UNAIDS memperkirakan, saat ini terdapat 33.2 juta orang dengan HIV/AIDS (ODHA), termasuk di dalamnya 2.5 juta yang masih anak-anak. Selama tahun 2007 sekitar 2.5 juta orang dengan infeksi baru HIV. Separoh dari orang yang terinfeksi baru HIV ini berusia kurang dari 25 tahun dan meninggal sebelum mereka berusia 35 tahun. Sekitar 95 % orang dengan HIV/AIDS tinggal di negara-negara berkembang. Tetapi HIV kini telah menjadi ancaman serius bagi semua orang pria, wanita dan anak-anak di semua benua di dunia ini.
Lebih dari 25 juta orang mati akibat AIDS sejak tahun 1981
Afrika memiliki 11.6 juta anak yatim (piatu) penderita AIDS.
Di akhir tahu 2007, wanita terhitung 50% dari seluruh dewasa dengan HIV di seluruh dunia dan 59%-nya tinggal di Afrika sub-Sahara.
Orang yang masih berusia muda (di bawah 25 tahun) menyumbang separoh lebih dari semua pengidap infeksi HIV baru di seluruh dunia.
Di negara yang sedang berkembang dan sedang mengalami transisi, 9.7 juta orang membutuhkan obat penyelamat hidup segera, dan baru 2.99 juta (3%) yang baru menerima obat-obatan.
Tren Global
Jumlah orang dengan HIV meningkat dari sekitar 8 juta orang di tahun 1990 menjadi 33 juta orang saat ini, dan terus akan bertambah. Sekitar 67% orang dengan HIV tinggal di Afrika sub Sahara.
Selama tahun 2007 terdapat lebih dari dua setengah juta orang dewasa dan anak-anak yang terinfeksi HIV. Di akhir tahun tersebut, diperkirakan 33 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV/AIDS. Pada tahun yang sama juga terdapat dua juta kematian akibat AIDS, meskipun sudah terdapat perbaikan dalam akses terapi antiretrovirus.
Untuk lebih menyakinkan lagi, berikut saya paparkan juga perbandingan angka kejadian HIV, Hepatitis, Sifilis dan gonorrhoea di tiga wilayah eropa
Bagaimana dengan Indonesia
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai media pemberitaan oleh Komisi Nasional Penanggulangan AIDS, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia mempunyai tren peningkatan yang signifikan dan sangat memrihatinkan. Secara nasional total jumlah penderita HIV / AIDS di Indonesia pada tahun 2008 adalah 120.000 orang. Beberapa daerah dengan ciri khusus menunjukkan tren yang lebih memrihatinkan bahkan di ambang bahaya epidemi. Di Bali dilaporkan setiap hari 3 pengidap HIV / AIDS meninggal dunia. Di Jakarta adalah daerah yang berada di ambang bahaya epidemi, dengan pertambahan rata-rata 3.123 kasus baru per bulan, penularan terjadi karena penggunaan narkoba suntik 55%, hubungan seks waria 34%, penjaja seks langsung 10,2% dan penjaja seks tidak langsung 5,7%. Jumlah pengidap HIV/AIDS di Jakarta bertambah dua kali lipat dalam kurun waktu dua tahun sepuluh bulan. Di Propinsi DIY dengan statusnya sebagai kota wisata dan pelajar, jumlah penderita HIV / AIDS dalam enam tahun terakhir sampai 2007 naik 10 kali lipat, semula 20 orang menjadi 393 orang, sebagian besarnya berusia produktif 15 – 30 tahun. Di Kotamadya Surakarta, terhitung November 2005 hingga Oktober 2008 terdapat 181 penderita, jumlah itu didapat dari pasien yang datang ke klinik untuk memeriksakan diri. Artinya, penderita yang belum datang ke klinik belum masuk data. Dari total 181 penderita, untuk HIV sebanyak 92 orang dan AIDS 89 orang. Dari jumlah itu, untuk penderita HIV yang masih hidup sebanyak 46 orang dan penderita AIDS yang masih hidup sebanyak 75 orang.Dengan kata lain, sebanyak 17 penderita HIV dan 43 penderita AIDS telah meninggal. Dua lokasi risiko tinggi, Masing-masing di Ketelan dan Gilingan Banjarsari. Saat ini, angka kelompok risiko tinggi HIV/AIDS di Kotamadya Surakarta mencapai 17.000 orang.
Dampak ekonomi dari HIV / AIDS, tidak diragukan lagi. Untuk kebutuhan obat anti retroviral saja sudah memakan biaya yang banyak. Jika di tahun 1988 harganya Rp8 sampai Rp10 juta per bulan kemudian turun menjadi Rp5 juta, dan berkat kerjasama dengan industri farmasi India di tahun 2001 turun lagi menjadi Rp2,2 juta. Selanjutnya turun menjadi Rp1.050 ribu, kemudian Rp 850 ribu samapai Rp600 ribu dan terakhir saat ini sisa Rp380 ribu per-paket tiap bulan. Sebagai gambaran untuk menunjukkan besarnya biaya untuk obat (bulan Oktober 2008), saat stok obat antiretroviral (ARV) habis, KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Nasional mengalokasikan Rp 1,2 miliar untuk menyediakan tiga jenis obat ARV selama dua bulan. Padahal, obat ARV ada sembilan jenis. Selain itu,upaya pengobatan membutuhkan banyak dana untuk menyembuhkan penyakit infeksi ikutan dan tes di laboratorium.
BAGAIMANA MEKANISME TIMBULNYA PENYAKIT AIDS?
Kalau boleh saya menyederhanakan permasalahan, inti dari permasalahan penyakit AIDS adalah virus retrovirus penyebabnya mempunyai kesenangan (sudah berjodoh) untuk hidup di dalam sel pertahanan yang berperan sebagai otak atau jenderal yang cerdas dan mempunyai kemampuan dalam mengenali siapa musuh siapa teman dan dapat memerintahkan perbanyakan sel prajurit yang melakukan penyerangan terhadap mikroorganisme asing. Karena otak dari strategi penyerangan atau jendralnya yang justru diserang dan dilumpuhkan maka gejala-gejala yang muncul adalah gejala-gejala lemahnya sistem pertahanan seperti yang disebutkan dalam infeksi oportunistik di atas.
Masih belum jelas? Gambar skema di halaman berikut semoga bisa membantu memahami apa yang sebenarnya terjadi
GEJALA KLINIS AIDS
Kasus pertama AIDS dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1981 sedangkan penyebab AIDS ditemukan pada tahun 1984 akhir. Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan oleh Zubairi pada tahun 1986 di Jakarta dan pada tahun 1987 Tuti Parwati melaporkan kasus AIDS di Bali. Dengan bertambahnya jumlah kasus AIDS di Indonesia khususnya di Jakarta maka terbuka kesempatan untuk mendapatkan pola gejala klinis dan pola infeksi oportunistik.
Sebentar… sebentar, kok banyak istilah rumit sih
Oh iya. Kayaknya yang ini ya; gejala klinis, maksudnya adalah hal-hal yang dikeluhkan oleh penderita, dan bagi dokter berubah menjadi tanda klinis karena hal-hal tersebut bisa dilihat dan dirasa oleh dokter.
Kalau infeksi oportunistik?
Adalah infeksi akibat kuman-kuman yang normalnya bersahabat dengan kita. Kita bisa bersahabat dengan kuman? Iya karena sistem pertahanan tubuh kita yang kuat, memungkinkan kita bisa berinteraksi dengan nyaman dan aman dengan mereka. Untunglah kita diberikan penglihatan yang terbatas. Kalo ga…. Wah ngeri! Kita ga bisa melihat cantiknya atau tampannya wajah seseorang, karena di wajahnya penuh dengan kuman-kuman, walau hanya kuman normal.
Jadi infeksi oportunistik adalah infeksi kuman, baik bakteri, virus maupun jamur yang mengambil peluang penuh akibat turunnya daya tahan tubuh.
OK! Udah siap dengan cerita selanjutnya?
Aida Lydia pada tahun 1994 meneliti gejala klinis yang didapatkan pada penderita AIDS yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), ada lima gejala utama yang didapatkan. Yaitu demam, bahkan didapatkan pada hampir semua penderita AIDS, disusul kemudian batuk, terus penurunan berat badan, sariawan dan nyeri telan serta diarhoea (dibaca diare) kronis. Secara lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 8. Gejala Klinis Penderita AIDS di Indonesia
Manifestasi gejala klinis Prosentase pendertia yang menunjukkan gejala Jumlah penderita yang menunjukkan gejala
Panas lama 100 % 52
Batuk 90.3 % 47
Penurunan berat badan 89.7 % 42
Sariawan + nyeri telan 78.8 % 41
Diarhoea (diare) 69.2 % 36
Sesak nafas 40.4 % 21
Pembesaran kelenjar getah bening 28.8 % 15
Penurunan kesadaran 17.3 % 9
Gangguan penglihatan 15.3 % 8
Neuropati HIV 3.8 % 2
Ensefalopati HIV 4.5 % 2
Sedangkan infeksi oportunistik yang sering dijumpai di RSCM, ternyata infeksi jamur merupakan infeksi yang tersering dijumpai. Secara lengkap infeksi oportunistik yang dijumpai di RSCM dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Pola Infeksi Oportunistik
Infeksi Oportunistik Frekuensi
Kandidiasis mulut dan esofagus (kerongkongan) 80.8 %
Tuberkulosis 40.1 %
Sitomegalovirus 28.8 %
Ensefalitis (radang otak) toksoplasma 17.3 %
Pneumonia peneumocystis carinii 13.4 %
Herpes simpleks 9.6 %
Mycobacterium avium complex 4.0 %
Kriptosporodiosis 2.0 %
Histoplasmosis paru 2.0 %
Pembagian lain, selain menampilkan gejala klinis, juga melibatkan hasil pemeriksaan laboratorium. Yang dilihat adalah hitung jenis sel CD4nya. Gejala klinis, yang nantinya digunakan untuk menentukan stadium klinisnya dikombinasi dengan hasil hitung jenis sel CD4 digunakan sebagai dasar penentuan terapi. Mengenai dasar pemberian terapi pada penderita AIDS dapat dilihat.
Tabel 10. Kantor perwakilan WHO untuk Eropa telah membagi tingkat berat-ringannya gejala dan tanda dalam stadium akut dan 4 stadium klinis AIDS seperti pada tabel berikut :
Infeksi HIV akut
• Asimtomatik (tidak bergejala)
• Sindroma retroviral akut
Stadium klinis 1
• Asimtomatik (tidak bergejala)
• Limfadenopati menyeluruh persisten / Persistent generalized lymphadenopathy (PGL)
Stadium klinis 2
• Dermatitis seboroik (radang kulit terutama di daerah sekitar rambut kepala, pipi, janggut, dada dan punggung)
• Angular cheilitis (semacam sariawan di sudut bibir)
• Recurrent oral ulcerations (sariawan berat yang kambuh-kambuhan dua kali atau lebih dalam enam bulan)
• Herpes zoster (lebih luas dari satu dermatom)
• Infeksi saluran pernafasan yang kambuh-kambuhan (dua kali atau lebih dalam enam bulan terakhir yang juga meliputi sinusitis, otitis media, bronkitis, faringitis, trakeitis)
• Infeksi jamur kuku
• Ujud kelainan kulit gatal berbentuk papel (bercak-bercak dan mengeras di bagian bawahnya)
Stadium klinis 3
• Lekoplakia (plak-plak keputihan) berambut di mulut (biasanya akibat jamur kandida di mulut dan tenggorokan)
• Diare kronis yang tidak jelas lebih dari satu bulan
• Kandidiasis mulut kambuh-kambuhan (dua kali atau lebih dalam enam bulan terakhir)
• Infeksi bakterial berat (seperti pnemonia, empiema, piomiositis, infeksi tulang dan sendi, meningitis, bakteremia)
• Stomatitis, gingivitis atau periodontitis yang berjenis ulserasi nekrosis akut
Stadium klinis 4a
• Tuberkulosis paru (tbc paru)
• Tuberkulosis ekstrapulmoner (tbc di luar paru)
• Berat badan turun dengan sebab tidak jelas (lebih dari 10% dalam enam bulan)
• Sindroma wasting HIV (berat badan turun drastis)
• Pneumonia pneumocystis
• Gambaran radiologis pnemonia bakterial atau pnemonia berat kambuh-kambuhan (dua kali atau lebih dalam satu tahun)
• Retinitis (±colitis) CMV (Cytomegalovirus)
• Herpes simplex virus (HSV) (kronis dan persisten sedikitnya satu bulan terakhir)
• Ensefalopati (penurunan fungsi otak) terkait dengan HIV
• Kardiomiopati (kelemahan fungsi jantung) terkait dengan HIV
• Nefropati (penurunan fungsi ginjal) terkait dengan HIV
• Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
• Sarkoma Kaposi dan keganasan lain yang terkait dengan HIV
• Toxoplasmosis
• Infeksi jamur menyeluruh (misalnya candida, coccidomycosis, histoplasmosis)
• Cryptosporidiosis
• Meningitis cryptoccocal
• Infeksi mikobakterial non-tbc atau infeksi mikobakterial diseminata selain tbc
Kemungkinan bisa dimasukkan dalam stadium 4 bila didukung bukti yang cukup akan adanya : kanker pada anus dan limfoma (limfoma Hodgkin sel T)
Sumber : WHO Regional Office for Europe 2007