1. Kelompok Tani
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri tetapi kemudian ingin berkelompok dengan manusia lainnya karena sifat manusia yang monodualistik yaitu manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan yaitu:
a. Keinginan untuk menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya yaitu masyarakat.
b. Keinginan untuk menyatukan dengan suasana alam sekelilingnya kesemuanya itu akan menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok sosial di dalam kehidupan manusia ini, karena manusia itu tidak bisa hidup sendiri
(Soekanto, 1982).
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2000).
Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua (Trimo, 2006).
Kelompok Tani menurut Anonim dalam Mardikanto (1993) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara formal dalam suatu wilayah keluarga atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.
Menurut Suhardiyono (1992) kelompok tani biasanya dipimpin oleh seorang ketua kelompok, yang dipilih atas dasar musyawarah dan mufakat diantara anggota kelompok tani. Pada waktu pemilihan ketua kelompok tani sekaligus dipilih kelengkapan struktur organisasi kelompot tani yaitu sekretaris kelompok, bendahara kelompok, serta seksi-seksi yang mendukung kegiatan kelompoknya. Seksi-seksi yang ada disesuai kan dengan tingkat dan volume kegiatan yang akan dilakukan. Masing-masing pengurus dan anggota kelompok tani harus memiliki tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang jelas dan dimengerti oleh setiap pemegang tugasnya. Selain itu juga kelompok tani harus memiliki dan menegakkan peraturan-peraturan yang berlaku bagi setiap kelompoknya dengan sanksi-sanksi yang jelas dan tegas. Biasanya jumlah anggota kelompok tani berkisar antara 10-25 orang anggota.
Menurut Samsudin (1993) bahwa dalam suatu kelompok sosial seperti halnya kelompok tani, selalu mempunyai apa yang disebut external structure atau socio group dan internal structure atau psycho group. External structure dalam kelompok tani adalah dinamika kelompok, yaitu aktivitas untuk menanggapi tugas yang timbul karena adanya tantangan lingkungan dan tantangan kebutuhan, antara lain termasuk tuntutan meningkatkan produktivitas usahatani. Sedangkan internal structure adalah menyangkut norma atau pranata dan kewajiban dalam mencapai prestasi kelompok. Internal structure akan sekaligus merupakan dasar solidaritas kelompok, yang timbul dari adanya kesadaran setiap anggota kelompok tani yang bersangkutan.
Pengertian Dinamika Kelompok dan Dinamika Kelompok tani
Dinamika kelompok (Group Dynamics) diartikan dengan berbagai cara antara lain: studi tentang kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang mempelancar atau menghambat proses kerjasama dalam kelompok; metode-metode dan teknik-teknik yang dapat diterapkan bila sejumlah orang bekerjasama dalam kelompok, misalnya berperan (role playing) dan observasi terhadap jalannya proses kelompok dan pemberian umpan balik (feedback); serta cara-cara menangani organisasi dan pengelolaan kelompok-kelompok (Winkel, 1991).
Menurut Gerungan (1988), dinamika kelompok adalah analisis dari hubungan-hubungan kelompok sosial yang berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam kelompok itu adalah harus dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial, internalisasi norma-norma, sense of belonging sebenarnya analisis dari saling hubugan antara anggota didalam kelompok dan sudah merupakan dinamika kelompok.
Dinamika kelompok, secara umum tidak dapat dipisahkan dari tingkat kepuasan yang dimiliki para anggota kelompok tersebut dalam pengejaran tujuan, besarnya tujuan yang dicapai, serta penggunaan konsep efektif dan efisien dalam mengejar tujuan tersebut (Yusmar, 1989).
Dinamika kelompok merupakan bidang penelitian yang dikaji, yang cenderung diarahkan pada komunikasi kelompok kecil yang berkecimpung dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Dengan demikian, komunikasi dalam kelompok kecil lebih banyak dilakukan sebagai cara untuk menyempurnakan pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam kelompok (Mulyana, 1996).
3. Dinamika Kelompok Tani
Menurut Suhardiyono (1992), dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuannya yaitu peningkatan hasil produksi dan mutunya yang gilirannya nanti akan meningkatkan pendapatan mereka. Dinamika kelompok tani mencakup seluruh kegiatan meliputi inisiatif, daya kreatif dan tindakan nyata yang dilakukan oleh pengurus dan anggota kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja kelompoknya yang telah disepakati bersama.
Untuk melakukan analisis terhadap Dinamika Kelompok, pada hakekatnya dapat dilalukan melalui dua macam pendekatan, yakni:
a. Pendekatan sosiologis, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap proses sistem sosial tersebut.
b. Pendekatan psiko-sosial, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok itu sendiri.
Pendekatan seperti ini, lebih sering diterapkan pada kelompok-kelompok-kelompok tugas. Meskipun demikian, karena banyak kelompok (seperti halnya kelompok tani) masih merupakan bentuk peralihan dari kelompok sosial ke kelompok tugas, di dalam analisis dinamika kelompoknya seringkali masih dilakukan penggabungan terhadap kedua macam pendekatan tersebut (Mardikanto, 1996).
Analisis dinamika kelompok dengan pendekatan psiko-sosial, dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok. Faktor-faktor itu adalah:
a. Tujuan Kelompok (group goal)
Menurut Shaw dalam Mardikanto (1996) mengartikan tujuan kelompok sebagai hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua anggota kelompok. Tujuan kelompok biasanya dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan-tujuan semua anggota kelompok.
Menurut Johnson dalam Huraerah dan Purwanto (2006) menjelaskan bahwa suatu tujuan kelompok yang efektif harus memiliki aspek-aspek sebagai berikut:
1) Tujuan tersebut dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur, dan dapat diambil.
2) Tujuan tersebut mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik, dapat diterima dan dapat dicapai.
3) Anggota-anggota kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
4) Adanya keseimbangan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas dalam mencapai tujuan individu dan tujuan kelompok.
5) Terjadinya konflik yang berkaitan dengan tujuan dan tugas-tugas kelompok dapat diselesaikan dengan baik.
6) Tujuan tersebut bersifat menarik dan menantang serta mempunyai risiko kegagalan yang kecil dalam mencapainya.
7) Tercapainya tingkat koordinasi di antara anggota-anggota.
8) Tersedianya sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas dan tujuan-tujuan kelompok.
9) Adanya kemudahan untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok.
10) Berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan kelompok.
b. Struktur Kelompok (group structure)
Menurut Cartwright and Zander dalam Mardikanto (1996) struktur kelompok yaitu suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok sekaligus menggambarkan kedudukan dan peran masing-masing dalam upaya pencapaian kelompok.
Menurut Haerurah dan Purwanto (2006) struktur kelompok sebagai suatu pola interaksi, komunikasi dan hubungan-hubungan antara anggota kelompok. Struktur kelompok ada yang bersifat formal dan ada pula yang bersifat informal. Jika suatu struktur kelompok telah menjadi kuat, biasanya sulit untuk mengadakan perubahan terhadap struktur kelompok tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan struktur kelompok yaitu jika tujuan perubahan tersebut tidak dikemukakan secara jelas, berorientasi pada kepentingan pribadi, dilakukan secara mendadak, kurang bermanfaat, unsur pimpinan tidak diikutsertakan dalam perubahan, serta jika kelompok telah merasa puas terhadap kondisi yang dimiliki sekarang ini.
c. Fungsi Tugas (task function)
Menurut Hakman dalam Mardikanto (1996) fungsi tugas kelompok yaitu seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi masing-masing sesuai dengan kedudukannya dalam kelompok.
Karena fungsi tugas kelompok berkaitan dengan hal-hal yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan oleh kelompok dalam usaha mencapai tujuan kelompok, maka kiranya perlu dijelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan oleh kelompok dalam usaha mencapai tujuan kelompok, maka kiranya perlu dijelaskan hal-ha yang perlu dilakukan oleh kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, Cartwight dan Zander mengklasifikasikan fungsi tugas ke dalam enam hal, yaitu:
1) Koordinasi, berfungsi sebagai koordinasi untuk menjembatani kesenjangan antara anggota.
2) Informasi, berfungsi memberikan informasi kepada masing-masing anggota.
3) Prakarsa, berfungsi menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa anggota.
4) Penyebaran, berfungsi menyebarkan hal-hal yang dilakukan kelompok kepada masyarakat atau lingkungannya.
5) Kepuasan, berfungsi untuk memberikan kepuasan kepada anggota.
6) Kejelasan, berfungsi menciptakan kejelasan kepada anggota, seperti tujuan dan kebutuhan-kebutuhan anggota.
(Haerurah dan Purwanto, 2006).
d. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and maintenance)
Menurut Miles dalam Mardikanto (1996) pembinaan dan pemeliharaan kelompok yaitu upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok.
Pembinaan dan pemeliharaan kelompok adalah berkaitan dengan “apa yang harus ada” dalam kelompok, yaitu pembagian tugas yang jelas, kegiatan yang terus-menerus dan teratur, ketersediaan fasilitas yang mendukung dan memadai, peningkatan partisipasi anggota, adanya jalinan komunikasi antar anggota, adanya pengawasan dan pengendalian kegiatan kelompok, timbulnya norma-norma kelompok, proses sosialisasi kelompok, kegiatan untuk menambah anggota baru dan mempertahankan anggota yang lama (Haerurah dan Purwanto, 2006).
e. Kekompakan Kelompok (group cohesiveness)
Menurut Krech dalam Mardikanto (1996) kekompakan kelompok diartikan sebagai rasa keterkaitan anggota kelompok terhadap kelompoknya.
Kekompakan kelompok adalah tongkat kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok kepada kelompoknya dan hal ini meliputi tiga klasifikasi pengertian, yaitu:
1) Sebagai daya tarik kelompok terhadap anggota-anggotanya,
2) Sebagai koordinasi dari usaha-usaha anggota kelompok,
3) Sebagai tindakan motivasi anggota kelomok untuk mengerjakan berbagai tugas kelompok dengan penuh semangat dan efisien.
(Haerurah dan Purwanto, 2006).
f. Suasana Kelompok (group atmospere)
Menurut Dahama dan Bhatnagar dalam Madikanto (1996) suasana kelompok yaitu lingkungan fisik dan non fisik (emosional) yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya. Suasana tersebut dapat berupa: keramahtamahan, kesetiakawanan, kebebasan bertindak dan suasana fisik seperti kerapihan/keberantakan, keteraturan dan lain-lain.
Suasana kelompok adalah suasana yang terdapat dalam suatu kelompok, sebagai hasil dari berlangsungnya hubungan-hubungan interpersonal atau hubungan antar anggota kelompok. Dengan demikian, suasana atau iklim kelompok mengacu kepada ciri-ciri khas interaksi anggota dalam kelompok. Iklim kelompok tersebut bisa resmi/formal atau tidak resmi/kolegial, ketat atau longgar/permisif, santai atau tegang, akrab atau renggang, kesetakawanan atau bermusuhan, gemira atu sedih, dan sebagainya. Suasana/iklim dalam suatu kelompok mencerminkan sistem norma kelompok tersebut. Mereka juga mengungkapkan bahwa beberapa kelompok, mungkin mempunyai iklim kelompok yang sangat kooperatif, sedangkan kelompok lain mungkin sangat kompetitif. Pada segi lain, suatu kelompok mungkin saja memiliki iklim kelompok yang anarkis, ritualistik atau saling tergantung (Huarerah dan Purwanto, 2006).
g. Tekanan Kelompok (group pressure)
Tekanan kelompok yaitu tekanan-tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok. Adanya tekanan kelompok (baik dari dalam, maupun dari luar) memang baik untuk mendinamiskan kelompok, tetapi jika ketegangan tersebut berlarut-larut dapat pula membahayakan kehidupan kelompok yang bersangkutan (Mardikanto, 1996).
Tekanan kelompok berbeda dengan kelompok tekanan. Tekanan kelompok yaitu tekanan yang berasal dari kelompok itu sendiri. Sedangkan kelompok tekanan mengacu pada tekanan/desakan yang berasal dari luar kelompok atau adanya kelompok tandingan berupa desakan-desakan kelompok lain terhadap suatu kelompok. Atau bisa pula dalam bentuk harapan-harapan masyarakat pada anggota kelompok (Huarerah dan Purwanto, 2006).
h. Keefektifan Kelompok (group effectiveness)
Menurut Sills dalam Mardikanto (1996) keefektifan kelompok yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan (fisik maupun non fisik) yang memuaskan anggotanya.
Kelompok yang efektif mempunyai tiga dasar, yaitu: aktivitas pencapaian tujuan, aktivitas memelihara kelompok secara internal, aktivitas mengubah dan mengembangkan cara meningkatkan keefektifan kelompok. Interaksi anggota kelompok yang memperlihatkan aktivitas dengan mengintegrasikan ketiga macam aktivitas dasar tersebut adalah mencerminkan bahwa kelomok tersebut dapat dikategorikan sebagai kelompok yang berhasil atau efektif. Anggota kelompok yang efektif memiliki keterampilan untuk mengatasi atau menghilangkan hambatan pencapaian tujuan kelompok, untuk memecahkan masalah di dalam memelihara kelompok dan keterampilan untuk mengatasi hambatan peningkatan kelompok agar lebih efektif lagi (Huarerah dan Purwanto, 2006).
i. Agenda Terselubung (hidden agenda)
Agenda terselubung yaitu tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok yang diketahui oleh semua anggotanya, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Meskipun demikian, seringkali agenda terselubung ini justru sangat penting untuk mendinamiskan kelompok (Mardikanto, 1996).
Agenda terselubung adalah tujuan perorangan (pribadi) yang tidak diketahui oleh anggota-anggota kelompok lainnya dan tujuan tersebut seringkali berlainan atau berlawanan dengan tujuan kelompok dominan. Maksud agenda terselubung disini adalah suatu tujuan anggota kelompok yang terselubung atau ditutup-tutupi atau sengaja tidak diberitahukan kepada anggota-anggota kelompok lainnya, dalam melakukan suatu aktivitas tertentu dalam kelompok, karena tujuan sebenarnya dari anggota kelompok tersebut berlawanan dan bertentangan dengan tujuan kelompok yang disepakati bersama (Huarerah dan Purwanto, 2006).
Pustaka
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.
Mulyana, D. 1996. Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mulyana, D. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Yusmar, Y. 1989. Dinamika Kelompok Kerangka Studi Dalam Perspektif Psikologi Sosial. Armico. Bandung.
Suhardiyono. 1992. Penyuluh Petunjuk Bagi Pertanian Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Trimo, STP. 2006. Evaluasi Penyuluhan Pertanian Permasalahan dan Upaya Pemecahannya di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Unpublished.
Samsudin. 1993. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bina Cipta. Bandung.Winkel, W. S. Winkel.1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. PT Grasindo. Jakarta.
Gerungan. 1988. Psikologi Sosial. PT Eresco. Bandung.
Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Bina Cipta. Bandung.
POPO, TATANG dan BANYU !
7 years ago
0 komentar:
Post a Comment
Saran dan KIritik terhadap blog ini akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan dan kekreatifan blog ini