Sydney – Perburuan paus yang kontroversial oleh Jepang di laut Antartika, mendapat pertentangan keras dari internasional. Sayangnya, perburuan ini merupakan warisan turun temurun yang didukung pemerintah.
Kapal besar pemburu paus itu bernama Shonan Maru 2 yang dilengkapi dengan persenjataan seperti harpun dan meriam air. Kapal itu tak lama lagi akan berada di Antartika, melalui laut Australia. Sasaran mereka sudah jelas, 935 paus minke yang tidak langka 20 paus sirip yang langka, dan 50 paus humpbacks.
“Kami takkan mengubah kebijakan (perburuan) paus karena alasan budaya. Bahkan, kami merasa tak perlu ada review mengenai kebijakan ini,” ujar Menlu Jepang Katsuya Okada, awal pekan ini.
Menurut Okada, ceritanya akan berbeda jika paus yang mereka buru merupakan hewan langka yang benar-benar sudah di ambang kepunahan. Namun saat ini, ia membela rakyatnya yang masih gemar menyantap daging mamalia laut itu. Padahal beberapa waktu lalu, LSM Greenpeace memprediksikan krisis ekonomi akan membuat Jepang berhenti berburu paus.
Mengerti kapal Jepang itu sedang melintasi perbatasan laut mereka, Australia pun bersiaga menghalanginya. Komunitas pemerhati laut Australia yang menyebut diri Sea Shepherd Conservation Society, sudah bersiap dengan kapal bernama Steve Irwin. Nama tersebut diambil dari mendiang pemerhati lingkungan terkenal di negara itu.
Kapten kapal Steve Irwin, Paul Watson, berkata pihaknya siap menghadang serta mencari kesempatan untuk menghalangi aktivitas Shonan Maru. Ia terlihat kesal dengan klaim Jepang yang mengatakan perburuan itu juga memiliki tujuan mulia untuk riset ilmiah demi kepentingan dunia.
“Menlu Okada sudah jelas mengatakan bahwa tujuan perburuan ini tak lebih dari operasi komersial. Tujuan mereka adalah untuk konsumsi dan keuntungan semata,” paparnya dalam situs resmi Sea Shepherd, seperi dikutip Daily Telegraph, Rabu (16/12).
Pemerhati alam Australia itupun bersitegang dengan Shonan Maru. Keduanya saling menembakkan meriam air, sekitar 1.200 mil laut di Barat Australia, sejak awal pekan. Watson yang naik Steve Irwin, merasa kapal Jepang yang khusus dibuat untuk berburu paus itu dikawal dengan personil militer.
“Pertahanan Shonan Maru serta krunya dilakukan ala militer. Cara mereka beroperasi dan bergerak berbeda dari beberapa tahun belakangan ini,” kata Watson. Perbedaan itu juga terlihat dari persenjataan, di mana Shonan tahun ini membawa empat meriam sonik. Tahun lalu mereka hanya membawa satu. Kemudian ada semacam paku raksasa di tepi kapal.
Watson berusaha keras menghalangi Shonan yang mulai menembaki paus dengan harpun besar serta menjaring hewan tak berdaya itu ke dalam kapal mereka. Mereka bahkan disertai sejumlah kapal lain seperti empat kapal khusus pemburu, pengangkut, suplai kru, pelacak, serta dua kapal keamanan. Bahkan disertai pesawat pengawas dari udara.
Steve sudah mengamati pergerakan konvoi Shonan Maru 2 sejak 9 Desember lalu. Seolah membuktikan kegiatan kontroversial itu dilindungi pemerintah, Selasa malam (15/12) waktu setempat, PM Jepang Yukio Hatoyama berbincang di telepon dengan PM Australia Kevin Rudd. Hatoyama merasa Sea Shepherd mengancam keamanan Shonan Maru.
Ia meminta Rudd segera mengambil tindakan. Namun sebaliknya, PM Negeri Kanguru itu bukannya setuju. Rudd malah mengancam akan menempuh jalur legal melawan Jepang atas perburuan paus mereka. “Jika resolusi diplomatik sulit tercapai,” ujarnya. Hal sama telah ia ucapkan sejak kapal Jepang berada dekat wilayah negaranya.
Berbekal warisan budaya untuk mengkonsumsi daging paus, Jepang secara legal sebenarnya mengendarai keuntungan dari moratorium perburuan paus untuk kepentingan komersial yang disepakati secara internasional sejak 1986. Hal tersebut diizinkan asal tujuannya untuk riset. Jepang menyediakan subsidi khusus untuk berburu paus dan dagingnya dijual mahal.
Sejak moratorium International Whaling Commission (IWC) itu keluar, International Union for the Conservation of Nature (IUCN) memasukkan paus dalam daftar hewan langka. Pada 2008, spesies catacean seperti paus dan lumba-lumba terancam punah akibat rentannya mereka terhadap perburuan yang dilakukan manusia.
Paus Humpbacks berada dalam daftar Red List mereka, sebagai hewan yang terancam punah dan harus dilindungi. Secara keseluruhan, seperempat spesies catacean berada di ambang ancaman punah. Sembilan spesies atau 10%-nya bahkan sudah kritis atau kategori tertinggi di Red List tersebut.
Beberapa negara lain seperti Norwegia dan Islandia juga melakukan hal sama meski tak sebanyak yang dilakukan Jepang. Sayangnya, IWC yang juga menyesali moratorium itu tak memperoleh dukungan untuk membuat regulasi berskala internasional. Maka, kampanye Save the Whales yang dihembuskan Greenpeace pun terdengar klise dan terancam gagal.
0 komentar:
Post a Comment
Saran dan KIritik terhadap blog ini akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan dan kekreatifan blog ini