Parangkusumo beach is one beach that is considered sacred in the region Parangtritis Beach, Kretek, Bantul, Yogyakarta Special Region. In Javanese culture and tradition, Parangkusumo beach is considered the main gateway to the Magical Kingdom South Sea, the South Sea Queen empire that controls the South Sea (Indian Ocean).
Port events, both from Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat or the community, carried out at the beach this Parangkusumo. Labuhan ritual Parangkusumo Coast court as a symbol of remembrance and the power of the bond between the Kingdom and the southern sea lord.
RP Suraksotarwono, Interpreter Lock and elder residents said the harbor beach at Parangsumo Parangkusumo to Kanjeng Ratu Kidul is an important ritual for Ngayogyakarta Sultanate Palace. Queen of the South has promised to protect Panembahan Senopati and his descendants and the Mataram kingdom when in difficulties.
"On the basis of advice from the Ki interpreting Mertani, Panembahan Senopati Parangkusumo meditate on, a small beach on the outskirts of the South Sea," he said when met earlier this week.
Meditation is the exceptional result "goro-goro" and cause chaos in the kingdom of the South Sea (southern sea). Kanjeng Ratu Kidul Mataram rulers had come to them and said that his hopes had been granted by the Court exists.
Then the agreement between Panembahan Senopati and Ratu Kidul Kanjeng made, based on the Babad Tanah Java. The relationship between the kings of Mataram and Kanjeng Ratu Kidul strengthened cultural legitimacy to the Sultan.
"The story is that until now was believed by the Javanese people, especially people of Yogyakarta. So people are still performing rituals in the region Cepuri as a meeting place between the Queen of the South with Panembahan Senopati and also the beach area is believed to Parangkusumo keratonnya Ratu Kidul," he explained.
Although only a hereditary story, people who do rituals Nono said Mbah pangilan RP Suraksotarwono familiar thumb sucking is not alone. This has been proved by him to perform the ritual trance Parangkusomo Beach.
At that time in 1973 when he will be an abundance of office from his father, Mbah Nono accompanied his father to do the ritual with meditation Parangkusmo Beach. While doing meditation, suddenly the sea water at the beach Parangkusumo suddenly subsided and look of a kingdom.
"When I entered, from the kingdom looks like there is a magnificent gates. Passing through the gate of the building looks like Pendopo (front building). To go to Pendopo that there are three steps made of stone that is very beautiful and very clean," he said.
When he wants to up the marquee figure suddenly emerged Ratu Kidul. Immediately direct Nono Mbah lowered his face to pay homage to the ruler of the southern ocean. At long last bowed, suddenly touched the head of the South Queen Mbah Nono saying to accept the responsibility given his father, became the successor Cepuri caretaker.
"Through the experience of mystery that I accept responsibility as the caretaker Cepuri as a meeting place between Panembahan Senopati with Ratu Kidul," he said.
"By meeting the Queen of south in it also semedinya beyond reasonable logic also missed," he added.
As caretaker Cepuri, grandfather of four grandchildren have been endowed with these states, there are two places to go on pilgrimage sites of the stones called Sela Ageng and Stone gilang Sengker or stone. Ageng Sela at this location was first made Penembahan Senopati semedinya. But because not comfortable, then Panembahan Senopati move to a location sengker stone (small stones) is located in the southern part Ageng Sela.
While meditating in a small stone (Stone sengker) is Panembahan Senopati met with Ratu Kidul a story Ratu Kidul was willing to help and secure the kingdom and the boy fell Penembahan Senopati (the king of Yogyakarta Palace).
"With the promise of the Queen of the South that until now Labuhan ritual prayer which begins on the sidelines until later sengker Labuhan ended with the Coastal Area Parangkusumo still preserved. Even been entered into the agenda of cultural and beach tourism in Parangkusumo, Kretek, Bantul, Yogyakarta, "he said.
Pantai Parangkusumo merupakan salah satu pantai yang dipandang keramat di kawasan Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam budaya dan tradisi Jawa, pantai Parangkusumo ini dianggap sebagai gerbang utama menuju Kraton Gaib Laut Selatan, sebuah kerajaan Ratu Laut Kidul yang menguasai Laut Selatan (Samudera Hindia).
Berbagai acara labuhan, baik dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat maupun dari masyarakat, dilaksanakan di pantai Parangkusumo ini. Ritual Labuhan kraton di Pantai Parangkusumo sebagai peringatan akan simbol ikatan dan kekuasaan antara Kraton dan penguasa laut selatan.
RP Suraksotarwono, Juru Kunci sekaligus sesepuh warga di Pantai Parangsumo mengatakan labuhan di Parangkusumo kepada Kanjeng Ratu Kidul merupakan sebuah ritual yang penting bagi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ratu Kidul telah berjanji untuk melindungi Panembahan Senopati dan seluruh keturunannya dan Kerajaan Mataram ketika berada dalam kesulitan.
"Atas dasar nasehat dari Ki Juru Mertani, Panembahan Senopati bermeditasi di Parangkusumo, sebuah pantai kecil di pinggiran Laut Selatan," katanya saat ditemui awal pekan ini.
Meditasi yang luar biasa tersebut mengakibatkan "goro-goro" dan menimbulkan kekacauan di Kerajaan Segara Kidul (laut selatan). Kanjeng Ratu Kidul pun mendatangi penguasa Mataram tersebut dan mengatakan bahwa harapannya telah dikabulkan oleh Sang Maujud Agung.
Kemudian perjanjian antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul dibuat, berdasarkan Babad Tanah Jawa. Hubungan antara raja-raja Mataram dan Kanjeng Ratu Kidul telah memperkokoh legitimasi kebudayaan kepada Sultan.
"Cerita itulah yang hingga saat ini masih dipercayai oleh masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Yogyakarta. Sehingga masyarakat masih melakukan ritual di kawasan Cepuri sebagai tempat pertemuan antara Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati dan juga di Kawasan Pantai Parangkusumo yang dipercaya merupakan keratonnya Ratu Kidul," terangnya.
Meskipun hanya sebuah cerita yang turun temurun, masyarakat yang melakukan ritual kata Mbah Nono pangilan akrab RP Suraksotarwono bukanlah hisapan jempol semata. Hal ini telah dibuktikan olehnya dengan melakukan ritual semedi di Pantai Parangkusomo.
Kala itu pada tahun 1973 ketika akan diberi limpahan jabatan dari ayahnya, Mbah Nono didampingi ayahnya melakukan ritual dengan semedi Pantai Parangkusmo. Saat melakukan semedi tiba-tiba air laut di Pantai Parangkusumo tiba-tiba surut dan terlihat adanya sebuah kerajaan.
"Saat saya masuk, dari depan kerajaan terlihat seperti ada gerbang yang megah. Melewati gerbang terlihat bangunan seperti Pendopo (bangunan depan rumah). Untuk masuk ke Pendopo itu terdapat tiga tangga yang terbuat dari batu yang sangat indah dan sangat bersih," ujarnya.
Ketika ingin menaiki pendopo tiba-tiba sosok Ratu Kidul muncul. Seketika itu juga Mbah Nono langsung menundukkan mukanya untuk memberi penghormatan bagi penguasa laut selatan. Setelah sekian lama tertunduk, tiba-tiba Ratu Kidul menjamah kepala Mbah Nono seraya mengatakan untuk menerima tanggung jawab yang diberikan ayahnya, menjadi penerus juru kunci Cepuri.
"Melalui pengalaman misteri itulah saya menerima tanggung jawab sebagai juru kunci Cepuri sebagai tempat pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul," tandasnya.
"Dengan pertemuan Ratu kidul dalam semedinya itu juga logika di luar nalar juga terjawab," tambahnya.
Sebagai juru kunci Cepuri, kakek yang telah dikarunia empat cucu ini menyatakan, terdapat dua tempat lokasi untuk melakukan ziarah yaitu di Batu Besar yang disebut Sela Ageng dan Batu Sengker atau batu gilang. Di lokasi Sela Ageng inilah pertama kali Penembahan Senopati melakukan semedinya. Namun karena tidak nyaman, maka Panembahan Senopati berpindah tempat ke lokasi batu sengker (batu kecil) yang lokasinya di bagian selatan Sela Ageng.
Saat bersemedi di batu kecil (Batu sengker) inilah Panembahan Senopati bertemu dengan Ratu Kidul yang ceritanya Ratu Kidul bersedia membantu dan mengamankan kerajaannya beserta anak turun Penembahan Senopati (Raja Keraton Yogyakarta).
"Dengan janji dari Ratu Kidul itulah hingga saat ini ritual Labuhan yang dimulai dari doa di sela sengker hingga nantinya diakhiri dengan Labuhan di Kawasan Pantai Parangkusumo masih terus dilestarikan. Bahkan sudah masuk menjadi agenda budaya dan wisata di Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul, Yogyakarta," tuturnya.
0 komentar:
Post a Comment
Saran dan KIritik terhadap blog ini akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan dan kekreatifan blog ini