VIVAnews - Universitas Gadjah Mada Yogyakarta telah mematenkan alat radiografi digital murah pada 19 Oktober 2009.
Hasil karya tim riset Fisika Citra Jurusan Fisika FMIPA UGM dihasilkan setelah 16 tahun penelitian perangkat kendali sistem radiografi digital,
Tim telah menyerahkan penemuan patennya kepada UGM untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
“Temuan ini memberi inspirasi bagi masyarakat untuk menggunakannya. Secara komersial dilindungi hukum di wilayah RI, berlaku eksklusif selama 20 tahun,” kata Dr. Gede Bayu Suparta, koordinator tim riset, seperti dimuat laman Universitas Gadjah Mada.
Penemuan ini, kata Bayu, diharap bisa mengatasi keterbatasan alat kardiografi di puskesmas dan rumah sakit seluruh Indonesia.
“Selama ini, harga alat kardiografi digital mahal sekali, tidak semua ada di rumah sakit. Padahal, temuan kardiografi sudah satu abad lalu. Teknologi x-tray sudah sangat tua, seharusnya lebih murah, tapi kenyataannya masih dipakai juga,” imbuh Bayu.
Bayu menyebutkan untuk harga alat kardiografi digital yang ada di pasaran internasional mencapai 4 miliar rupiah. Dengan alat temuannya ini, dengan kualitas yang sama, harganya hanya 0,5 miliar rupiah. “Bisa menjadi teknologi baru super murah. Bisa menghemat listrik, dosis radiasi rendah, lebih aman. Cukup sekali tingkat pemotretan bisa hasilkan 20 citra,” jelasnya.
Dengan kardiografi digital ini, penggunaan radiografi film dapat ditinggalkan sehingga biaya operasional di rumah sakit bisa ditekan. Lebih dari itu, peralatan radiodiagnostik bahkan dapat dijual dengan murah kepada rumah sakit.
Hal itu secara bisnis sangat atraktif karena menurunkan biaya layanan diagnostik kesehatan. Dengan demikian, menurut Bayu, pemerintah bisa membuat standar keuangan untuk biaya radiografi yang lebih terukur dan berpihak pada rakyat kecil. “Dengan alat ini tidak ada menggunakan film. Biaya operasional lebih rendah, menggunakan bahan lokal 75 persen,” katanya.
Dijelaskan Bayu bahwa khusus untuk wilayah Indonesia, sistem kardiografi digital yang didukung sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ini dapat dioperasikan hingga ke pelosok wilayah, sepanjang wilayah tersebut memiliki jaringan listrik dan TIK.
Melalui mekanisme teleradiologi dan kreativitas layanan, layanan radiologi dapat dibuat sangat efektif dan efisien. Dengan begitu, pasien yang ada di pelosok daerah tidak perlu pergi ke kota untuk keperluan diagnosis medis.
POPO, TATANG dan BANYU !
7 years ago
0 komentar:
Post a Comment
Saran dan KIritik terhadap blog ini akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan dan kekreatifan blog ini