INILAH.COM, Jakarta – Sebuah kain kafan abad pertama ditemukan di sebuah makam di dekat kota Yerusalem mengungkap bukti paling awal penyakit kusta. Tapi kafan itu sekaligus mengungkap Kain Kafan Turin bukan yang menutupi Kristus.
Peneliti dari Hebrew University mengatakan kain kafan - yang ditemukan dekat tempat Yudas Isakoriut dikatakan telah melakukan bunuh diri - adalah berasal dari abad ke-1 Masehi.
Kain itu menggunakan dua arah penenunan sederhana, sedangkan Kain Kafan Turin yang lebih kompleks tenunannya dibuat pada periode selanjutnya. Perhitungan karbon mendapati kain kafan itu dari penderita kusta antara abad 1 hingga abad 50.
"Berdasarkan asumsi bahwa ini adalah mewakili kain kafan khas yang digunakan secara luas pada zaman Yesus, para peneliti menyimpulkan bahwa Kain Kafan Turin tidak berasal dari zaman Yesus-Yerusalem," kata universitasn itu.
Kain itu berasal dari sebelah makam dari Hanas, pendeta tinggi Yahudi dari abad 1 hingga abad 15, yang merupakan ayah-mertua Kayafas. Kayafas adalah pimpinan sidang dan pelaksanaan hukuman bagi Yesus.
Peneliti menyimpulkan bahwa kain kafan itu milik salah satu anggota imam atau seorang bangsawan.
Makam itu masih disegel dengan plester, yang berarti bahwa penghuninya belum menerima dua kali penguburan tradisional. Tulang biasanya dikeluarkan satu tahun setelah penguburan awal.
”Tulang ditemukan di sisa-sisa kain kafan menunjukkan bahwa orang itu menderita penyakit kusta, tetapi meninggal karena TBC,” ujar Ahli Arkeologi Markus Spigelman.
Kusta diyakini telah tiba di Timur Tengah dan Mediterania dari India selama akhir abad SM. Kusta dinilai tidak lebih dari ruam kulit dan penyakit-penyakit seperti psoriasis.
Kusta ditakuti di Eropa sampai Abad Pertengahan, tetapi akhirnya musnah di kawasan itu, sebagian besar oleh peningkatan kejadian TBC.
Kain Kafan Turin telah lama menjadi bahan perdebatan, beberapa percaya bahwa itu menunjukkan jejak Yesus, termasuk luka dari penyaliban-Nya.
Sementara yang lain mengecam sebagai tipuan abad pertengahan yang rumit. Sisa tulang pertama kali ditampilkan pada 1357 ketika janda Geoffroi de Charny, seorang ksatria Prancis memamerkan di sebuah gereja di Prancis.
Analisa karbon yang dilakukan pada 1988 menunjukkan bahwa kain kafan itu diciptakan pada abad pertengahan, tetapi pendukung teori agama mengklaim bahwa kontaminasi bakteri bisa memberikan hasil tes yang tidak akurat.
Gereja Katolik Roma telah menolak kedua sisi, baik untuk mendukung kain kafan yang asli atau untuk mengatakan bahwa itu adalah palsu.
0 komentar:
Post a Comment
Saran dan KIritik terhadap blog ini akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan dan kekreatifan blog ini