Top Headlines

02 December, 2009

Prinsip-prinsip Komunikasi

Untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya, kita perlu memahami prinsip-prinsip komunikasi. Devito (1997) mengemukakan delapan prinsip komunikasi yaitu : komunikasi adalah paket isyarat, komunikasi adalah proses penyesuaian, komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan, komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer, rangkaian dipunktuasi, komunikasi adalah proses transaksional, komunikasi tak terhindarkan dan komunikasi bersifat tak reversible.
Devito (1997) dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia menjelaskan kedelapan prinsip tersebut sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah paket isyarat.
Perilaku komunikasi, apakah melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh atau kombinasi keduanya biasanya terjadi dalam ‘paket’.
2. Komunikasi adalah proses penyesuaian.
Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan system isyarat yang sama. Kita tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain kita system bahasanya berbeda. Namun kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan system isyarat yang sama persis. Oleh karena itu sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasi isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat tersebut digunakan dan memahami apa artinya.
3. Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan.
Komunikasi menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, “Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi dan aspek hubungan. Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan yaitu bahwan menemui atasan setelah rapat sedangkan aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Kalimat perintah yang sederhana menunjukkan perbedaan status diantara keduanya.
4. Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer
Dalam hubungan simetris, dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Ketika satu orang tersenyum, maka satu orang lainnya akan tersenyum. Sedangkan dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplenter yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara keduanya dimaksimumkan, orang menempati posisi yang berbeda; satu sebagai atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif.
5. Rangkaian komunikasi dipunktuasi
Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan tidak ada akhir yang jelas. Kita dapat membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab akibat atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Istilah bagi kecenderungan untuk membagi berbagai transaksi komunikasi dalam rangkaian stimulus dan respon disebut sebagai punktuasi (punctuation).
6. Komunikasi adalah proses transaksional
Transaksi yang dimaksud adalah bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-komponenya saling terkait, dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan atau keseluruhan.
7. Komunikasi tak terhindarkan
Selama ini mungkin kita menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan dan termotivasi secara sadar. Namun seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seorang sama sekali tidak merasa ingin berkomunikasi. Ketika kita duduk melamun, mungkin kita merasa bahwa kita tidak berkomunikasi, namun bagi orang lain yang melihat akan menafsirkan perilaku kita. Setiap perilaku kita mempunyai potensi untuk ditafsirkan
8. Komunikasi bersifat tak reversible
Sekali kita mengkomunikasikan sesuatu maka kita tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Kita hanya dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur disampaikan. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali.

Sedangkan Mulyana (2003) dalam bukunya Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar menjelaskan beberapa prinsip komunikasi antara lain bahwa : komunikasi adalah suatu proses simbolik, setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi, komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan, komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan, komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi, komunikasi itu bersifat sistematik, semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi, komunikasi bersifat non sekuensial, komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional dan prinsip yang terakhir adalah Komunikasi bersifat inreversible, komunikasi bukan merupakan obat mujarab (panasea) untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Mulyana (2003) sebagai berikut :

Prinsip 1. Komunikasi adalah suatu Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan akan simbolisasi atau penggunaan lambang. Beberapa hal terkait dengan penggunaan lambang, yaitu :
 Lambang / simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang.
 Lambang meliputi pesan verbal, non verbal dan obyek yang maknanya disepakati bersama.
 Lambang adalah salah satu kategori tanda, dimana hubungan antara tanda dan obyek juga dapat dipresentasikan oleh ikon-ikon dan indeks. Namun perlu dicatat ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan bersama, sedangkan lambang memerlukan kesepakatan.
 Ikon adalah suatu benda fisik dua atau tiga dimensi yang menyerupai apa yang dipresentasikan. Representasi ini ditandai dengan kemiripan misalnya : patung Sukarno adalah ikon Sukarno
 indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah mempresentasikan obyek lainnya. Istilah lain yang digunakan untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari yang disebut gejala (symptom). Indeks muncul berdasar hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan akan turun.
 Lambang mempunyai bebeapa sifat, yaitu:
 bersifat sembarang, manasuka atau sewenang-wenang.
Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan dan tulisan), isyarat tubuh, huruf, makanan, dandanan, tempat tinggal, dan sebagainya
 Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang memberi makna pada lambang.
 Lambang itu bervariasi
Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu konteks waktu ke waktu yang lain. Misalnya Indonesia menyebut modul yang anda baca ini adalah buku, orang Inggris menyebutnya book, orang Jerman menyebutnya buch.

Prinsip 2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Kita tidak dapat berkomunikasi (We cannot not communication). Tidak berarti semua perilaku adalah komunikasi. sebagai contoh pada saat kita diminta untuk tidak berkomunikasi, hal ini sangat sulit dilakukan karena setiap hal yang kita lakukan berpotensi untuk ditafsirkan, ketika kita melotot ditafsirkan marah, ketika tersenyum ditafsirkan gembira. Begitu pula dengan sikap diam dapat ditafsirkan setuju.

Prinsip 3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
Setiap komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi disandi secara verbal, menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan disandi secara non verbal, menunjukkan bagaimana cara mengatakan, dan mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan ditafsirkan.
Sebagai contoh, ketika seorang pemuda bertanya “ Mau pergi ke Jakarta, Dik?’ kepada seorang wanita yang duduk disebelahnya dalam sebuah kereta, bukannya pria itu tidak tahu bahwa kereta menuju ke Jakarta, melainkan pria tersebut ingin berkenalan atau ingin menunjukkan keramahannya.

Prinsip 4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengjaan mulai dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika seseorang mengamati kita pada saat menagis) sampai pada tingkat kesengajaan yang benar-benar direncanakan (misalnya seorang dosen yang mengajar di kelas).
Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. meski kita tidak bermaksud untuk menyampaikan pesan. Namun perilaku kita potensial untuk ditafsirkan. Coba amati teman anda yang sedang mengikuti kuliah !, mungkin ada yang berpangku tangan, ada yang melamun, nah anda dapat menafsirkan perilaku teman anda tersebut, tanpa kesengajaan bahwa perilaku teman yang anda amati telah menyampaikan pesan.

Prinsip 5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, social dan psikologis. Sebagai contoh, topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon”, “acara televisi”, “mobil”, “bisnis” , atau “perdagangan” terasa kurang sopan bila dikemukakan di masjid.
Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Misalnya kunjungan seorang mahasiswa kepada teman kuliahnya yang wanita pada malam minggu akan dimaknai lain dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa. Kehadiran orang lain , sebagai konteks social juga akan mempengaruhi orang-orang yang berkomunikasi. Misalnya dua orang yang diam-diam berkonflik akan merasa canggung bila tidak ada orang lain sama sekali di dekat mereka.
Suasana psikologis peserta komunikasi mempengaruhi juga suasana komunikasi. ketika orang-orang berkomunikasi. Misalnya ketika kita menyampaikan kritik kepada teman kita pada suasana santai atau bercanda mungkin akan diterima dengan baik oleh teman kita, namun jika kritik kita lontarkan pada saat teman sedang merasa sedih atau emosi maka akan membuatnya marah.

Prinsip 6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Selain itu ketika orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Misalnya kepada orang yang lebih tua kita akan memanggilnya dengan sebutan bapak / ibu, karena jika kita hanya memanggil namanya tentu akan membuatnya tersinggung. Dengan demikian orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon.

Prinsip 7. Komunikasi itu bersifat sistematik
Komunikasi setidaknya menyangkut dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi, yaitu : system internal dan system eksternal
 Sistem internal
Seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya).
Istilah lain system internal : kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (filed of experience), struktur kognitif, pola piker , keadaan internal atau sikap (attitude).
System internal mengandung semua unsur yang membentuk individu (termasuk ciri-ciri kepribadian, pendidikan, penget, agama, dan sebagainya). Sehingga system internal ini dapat diduga dari kata-kata yang diucapkan atau perilaku yang ditunjukan.
 Sistem eksternal
System eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu, seperti isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan disekitar, penataan ruang. Merupakan elemen-elemen berupa stimulasi publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.
Komunikasi merupakan produk dari perpaduan antara system internal dan eksternal di atas. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan juga mempengaruhi perilaku kita.

Prinsip 8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.
Kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan karena kesamaan tersebut komunikasi lebih efektif. Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang yang terlibat komunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama disbanding dengan orang yang tidak saling memahami bahasa yang digunakan.

Prinsip 9. Komunikasi bersifat non sekuensial
Sebenarnya komuniaksi manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah atau disebut juga bersifat sirkuler. Komunikasi sirkuler, ditandai beberapa hal berikut :
1) Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara, yang mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama.
2) Proses komunikasi berlangsung timbal balik (dua arah)
3) Dalam prakteknya, tidak dapat dibedakan antara pesan dan umpan balik.
4) Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit. Misalnya komunikasi antara dua orang sebernarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (berpikir) untuk menanggapi pihak lain.
Prinsip 10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Komunikasi pada dasarnya tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, namun merupakan proses yang berkesinambungan. Sebagai contoh ketika seorang anak dinasehati ibunya untuk rajin belajar, komunikasi ini tidak berakhir ketika ibunya selesai berbicara, namun akan berlangsung terus krena anak ini akan terus menerus mengingatnya atau memaknainya.
Dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, seberapa kecil pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal maupun non verbal. Transaksi menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan, sehingga kita dapat mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan yang lainnya.
Implikasi dari komunikasi sebagai prose yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).

Prinsip 11. Komunikasi bersifat irreversible
Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya. Sehingga muncul ungkapan “To forgive but not to forget” (kita bisa memaafkan kesalahan orang lain, namun tidak dapat melupakannya).

Prinsip 12. Komunikasi bukan merupakan obat mujarab (panasea) untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Banyak permasalahan antarmanusia yang disebabkan oleh masalah komunikasi, namun komunikasi bukan obat mujarab (panasea) untuk menyelesaikan masalah terebut, karena permasalahan tersebut berkaitan dengan masalah structural. Sehingga agar komunikasi efektif maka masalah structural harus diatasi. Sebagai contoh meskipun pemerintah berusaha menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh, tidak mungkin usaha tersebut berhasil, selama pemerintah masih memperlakukan mereka secara tidak adil.

DAFTAR PUSTAKA

Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Professional Books. Jakarta.
Mulyana, Deddy M. 2003. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More