Top Headlines

02 December, 2009

Pengertian Sosiologi Pedesaan di Indonesia

Menurut T. Lynn Smith dan Paul E. Zapt sosiologi pedesaan adalah kumpulan pengetahuan yang telah disistematisasi yang dihasilkan lewat penerapan metode ilmiah ke dalam studi tentang masyarakat pedesaan, struktur organisasinya, proses-prosesnya, sistem sosialnya yang pokok dan perubahan-perubahannya (Rahardjo, 1999).
Desa adalah suatu persekutuan hidup bersama yang mempunyai kesatuan hukum organisasi, batas geografis tertentu. Desa diawali dari manusia yang hidup bergerombol baik dalam satu lingkungan yang besar atau kecil dan bertempat tinggal pada tempat tertentu. Dengan segala perkembangannya yang mereka alami, serta pertumbuhan jumlah jiwa yang semakin banyak kemudian mulai dipikirkan masalah keamanan dan tata tertib pergaulan sesamanya dengan maksud untuk memelihara ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan pantas sebagai keluarga besar (Kusnaedi, 1995).
Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai hubungan dengan tanah dengan ciri spesifik produksi pertanian berakar pada keadaan khusus petani; usaha tani keluarga merupakan satuan dasar pemilikan, produksi, dan konsumsi dan kehidupan sosial petani; kepentingan pokok pekerjaan dalam menentukan keduduka sosial, peranan, dan kepribadian petani dikenal secara baik oleh masyarakat bersangkutan; struktur sosial desa merupakan keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu tertentu; masyarakat petani merupakan sebuah kesatuan sosial pra-industri yang memindahkan unsur-unsur spesifik struktur sosial-ekonomi dan kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer
(Triyono, 1992).
Ada 3 faktor yang sering dimasukkan sebagi unsur integral dari sistem kependudukan yaitu pertama, struktur penduduk yaitu distribusi umur dan jenis kelamin, kedua komposisi penduduk yaitu ciri-ciri sosio demografis penduduk yang luas lingkupnya antara lain status perkawinan, pendapatan, ras, pendidikan, pekerjaan atau agama. Faktor ketiga distribusi penduduk yaitu persebaran dan lokasi penduduk dalam suatu wilayah tertentu. Susunan, komposisi dan distribusi penduduk merupakan petunjuk pertama untuk menganalisa sebab dan akibat dari mortalitas, fertilitas, dan migrasi. Proses masuk dan keluarnya penduduk yang bertalian dengan mortalitas, fertilitas dan migrasi adalah komponen sistem kependudukan yang paling dasar. Harus diteliti bagaimana komponen-komponen itu mempengaruhi jumlah penduduk, bagaimana elemen-elemen tersebut saling berhubungan (Goldscheider, 1985).
Struktur masyarakat di Indonesia ditandai oleh 2 ciri yang bersifat unik, yaitu secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal ditandai oleh daerah-daerah, suku, bangsa, agama, adat, serta kedaerahan. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai dengan adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan bawah yang cukup tajam (Nasikun, 2000).
Gotong royong adalah mengerjakan sesuatu dengan bersama-sama. Gotong royong dalam pertanian, khususnya dalam pengolahan tanah sawah dapat dikategorikan menjadi dua yaitu gotong royong dalam pengertian kerja bakti dan gotong royong dalam pengertian tolong menolong antar individu. Gotong royong dalam pengertian kerja bakti biasanya bukan didasarkan pada asas timbal balik, sebab yang dikerjakan biasanya sesuatu yang menjadi milik bersama. Gotong royong dalam pengertian tolong menolong didasarkan atas asas timbal balik, artinya individu yang telah ditolong individu lain, pada gilirannya harus menolong individu lain yang telah menolongnya (Basuki, 2000).
Sistem teknologi adalah perangkat peralatan serta cara-cara mempergunakan peralatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi yang dimiliki masyarakat sudah barang tentu berkembang dari masa ke masa, sehingga kemudian dikenal teknologi yang masih sederhana (tradisional) dan teknologi medern. Perbedaan dari kedua hal tersebut adalah daya guna dan hasil guna. Teknologi modern memiliki daya guna yang lebih tinggi daripada teknologi tradisional. Teknologi modern menggeser penggunaan teknologi sederhana tapi tidak sepenuhnya mengambil alih penggunaan teknologi tradisional. Di dalam pengerjaan pertanian, alat yang dipergunakan masih tetap alat lama dan sebagian kecil dipergunakan alat modern. Untuk mengolah tanah misalnya sudah dipergunakan traktor. Dalam hal penanaman dan pemeliharaan teknologi modernlah yang lebih menonjol misal penggunaan bibit unggul, pupuk dan pemberantasan hama. Bibit yang digunakan bibit unggul, bukanlah bibit lokal, demikian juga dengan pupuk. Petani banyak yang meninggalkan pupuk kandang (hijau). Masyarakat desa sekarang cenderung menggunakan teknologi modern, hal ini disebabkan karena pendidikan yang sudah cukup maju, mobilitas yang tinggi, peranan pemerintah dalam pembaharuan pertanian semakin kuat, dan semakin rasionalnya masyarakat di daerah (Sugiarto, 1989).
Pemilahan menurut jender sangat berguna untuk dapat melihat sejauh mana anak laki-laki atau perempuan yang telah bekerja, membantu orang tua dalam hal keuangan, pengasuhan atau perawatan. Seringkali jumlah anak perempuan bekerja yang membantu orang tuanya lebih besar dibandingkan anak laki-laki bekerja, dan ini tidak hanya terbatas pada hal pengasuhan dan perawatan, tapi justru juga dalam hal keuangan (Ihromi, 1999).
Masyarakat secara mendatar (horisontal) terdiri dari kelompok-kelompok, dan secara vertikal terbagi dalam pelbagai tingkatan kedudukan sosial (kemasyarakatan). Tingkatan ini mungkin berupa kelas-kelas masyarakat atau kasta-kasta, mereka secara berkelompok dapat bergerak dengan pelbagai macam hak dan kewajibannya. Pelapisan kemasyarakatan ini terdapat di semua macam masyarakat baik yang telah maju maupun yang masih terbelakang. Lapisan masyarakat tadi mulai ada sejak manusia mulai mengenal adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi sosial. Pada masyarakat yang kecil serta sederhana, biasanya pembedaan kedudukan dan peranan bersifat minim, karena warganya sedikit dan orang-orang yang dianggap tinggi kedudukannya juga tidak banyak macam serta jumlahnya. Secara prinsipil, bentuk-bentuk lapisan sosial dapat diklasifikasikan ke dalam 3 macam kelas yaitu yang ekonomis, politis, dan yang didasarkan pada jabatan tertentu dalam masyarakat (Kotten et all, 1991).
Organisasi sosial adalah sarana masyarakat mengumpulkan unsur-unsur tindakan untuk melaksanakan sesuatu yang mereka ingin lakukan. Struktur sosial adalah karakter umum yang langgeng, suatu pola hubungan yang tipikal. Organisasi sosial dilukiskan ketika mempertimbangkan pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan tentang kesulitan dan konflik yang dalam kenyataan terus berlangsung dalam suatu institusi yang khusus (Rahardjo, 1999).
Pekerjaan di luar pertanian merupakan sumber tambahan pendapatan yang cukup penting dan di sebagian besar desa-desa, pekerjaan itu merupakan sumber yang memberikan lebih dari 50% dari total pendapatan. Golongan petani luas yang mempunyai surplus pendapatan dari pertanian mampu menginvestasikan surplus itu pada usaha-usaha padat modal tapi yang memberikan pendapatan relatif besar, misalnya alat-alat pengolahan hasil pertanian, berdagang untuk mencukupi keluarganya. Hal ini berarti bahwa petani luaslah yang lebih punya jangkauan terhadap sumber non pertanian, yang pada gilirannya melahirkan proses akumulasi modal dan investasi yang saling menunjang baik di bidang pertanian atau non pertanian di antara golongan elit pedesaan. Sebaliknya golongan bawah secara kronis kekurangan sumber daya kecuali tenaga kerja. Apalagi para buruh tani sebagian juga bekerja di non pertanian pun masih juga kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Hagul, 1992).
Komunikasi sebagai proses sosial adalah bagian integral dari masyarakat secara garis besar. Komunikasi sebagai proses sosial memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. komunikasi menghubungkan antara berbagai komponen manusia,
2. komunikasi membuka peradaban manusia,
3. komunikasi adalah manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat,
4. komunikasi berperan dalam sosialisasi nilai kemasyarakatan
(Nurudin, 2000).
Sumber dari komunikasi massa adalah suatu organisasi formal dan sang pengirimnya merupakan komunikator profesional. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Pesan tersebut seringkali diproses, distandarisasi dan diperbanyak. Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan impersonal jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan tersebut mungkin sekali bersifat non moral artinya pengirim tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi pada individu dan pesan yang dijualbelikan ditukar dengan perhatian tertentu (Dharma dan Ram, 1994).


Pustaka
Dharma, Agus dan A. Ram. 1994. Teori Komunikasi Massa. Erlangga. Jakarta.
Nurudin. 2000. Sistem Komunikasi Indonesia. Biograf Publishing. Yogyakarta.
Hagul, Peter. 1992. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Rajawali Pers. Jakarta.
Rahardjo. 1999. Pengaruh Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.
Kotten, BK, et al. 1991. Kepemimpinan Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah NTT. Depdikbud Yogyakarta. Yogyakarta.
Nasikun. 2000. Sistem Sosial Indonesia. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Basuki, Haryono. 2000. Ilmu Sosial Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. UNS Surakarta.
Ihromi, TO. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Goldscheider, Calvin. 1985. Populas, Modernisasi dan Struktur Sosial. CV Rajawali. Jakarta.
Triyono, Lambang dan Masikun. 1992. Proses Perubahan Sosial di Desa Jawa, Teknologi, Surplus Produksi dan Pergeseran Okupasi. CV Rajawali. Jakarta.
Kusnaedi. 1995. Membangun Desa. Penebar Swadaya. Jakarta.

0 komentar:

Post a Comment

Saran dan KIritik terhadap blog ini akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan dan kekreatifan blog ini

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More