Gempa disusul tsunami yang meluluhkan sebagian wilayah Jepang pada Maret lalu ikut memukul sektor pertanian. Produk pertanian pun terancam radioaktif.
TOCHIGI hanya berjarak sekitar 50 kilometer dari kawasan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) Fukushima Daiichi. Meski tidak masuk dalam kawasan rawan radiasi yang ditetapkan pemerintah Jepang setelah ledakan beruntun reaktor nuklir PLTN, 12-16 Maret lalu, provinsi yang memiliki sekitar 2 juta penduduk itu ikut kalang kabut. Pada Rabu, 22 Juni, FAJAR yang tergabung dalam rombongan Indonesia Program Jenesys (pertukaran pemuda Jepang dan Asia Timur) berkesempatan mengunjungi kawasan penghasil stroberi dan susu terbanyak di Jepang itu.
“Sebenarnya, tidak semua produk pertanian dari Tochigi terkontaminasi radioaktif karena kerusakan PLTN di Fukushima. Tapi, kabar angin telanjur meluas bahwa makanan dari wilayah kami berbahaya untuk dikonsumsi,” kata staf Dinas Pertanian Pemerintah Prefektur Tochigi Akihiko Takayama.
Akihiko menjelaskan, sesudah ledakan reaktor nuklir PLTN Fukshima Daiichi, pemerintah Jepang langsung menetapkan nilai ambang batas kontaminasi radioaktif terhadap produk pertanian 500 becquerel. Pemerintah Prefektur Tochigi pun langsung mengambil sampel produk di seluruh wilayah mereka untuk melakukan uji kontaminasi. Prioritas pertama produk pertanian yang diuji adalah bayam, kakina (cruciferous vegetable), dan bawang.
“Tiga produk pertanian itu memang paling potensial terkontaminasi radiasi. Pemerintah Jepang juga secara khusus meminta pengujian tiga jenis produk tersebut,” papar Takayama. Setelah melalui pengujian, bawang dan kakina di Tochigi dinyatakan terkontaminasi melebihi ambang batas yang ditetapkan pemerintah Jepang. Bahkan, hasil uji kontaminasi terhadap bawang mencapai 1.000 becquerel atau dua kali lipat dari batas maksimal yang ditetapkan.
Menurut Takayama, pada saat itu pemerintah pusat belum bisa memutuskan tindak lanjut terhadap tanaman yang sudah telanjur terkontaminasi. Sebulan setelah hasil uji diketahui, baru pemerintah meminta agar dua produk tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar.
“Pemusnahan sayuran terkontaminasi dilakukan di instalasi pengolahan limbah dan dijamin terisolasi,” kata Takayama.
Sejak pengumuman jenis sayuran terkontaminasi, sektor pertanian Tochigi mengalami pukulan berat. Selain kerugian besar karena gagal panen, harga jenis produk pangan lain juga turun. Di prefektur lain, masyarakat enggan membeli sayuran jenis apa pun dari Tochigi. Kalaupun ada, harganya turun hingga 30 persen.
Pemerintah Jepang memang belum menilai kerugian yang diderita para petani Tochigi sejak sebagian produk mereka terkontaminasi radioaktif. Namun, Koperasi Pertanian Jepang wilayah Tochigi mengalkulasi kerugian mencapai 2,4 miliar yen selama Maret 2010. Jumlah kerugian itu belum diakui pemerintah pusat karena berpotensi dikaitkan dengan uang kompensasi dari TEPCO selaku pengelola PLTN Fukushima Daiichi.
“Pemerintah pusat sudah membentuk Komisi Penilai Sengketa Kompensasi Dampak Kerusakan PLTN Fukushima. Saat ini sedang dibahas bentuk kompensasi yang mungkin bisa diberikan kepada para petani,” ujar Takayama.
Selain uji kontaminasi terhadap tiga jenis sayuran, dinas pertanian Tochigi juga melakukan tindakan yang sama terhadap sampel 200 jenis produk makanan setiap hari. Bahkan, hingga saat ini, pengujian masih dilakukan secara periodik meski tingkat kontaminasi sudah tidak ada sama sekali.
Langkah itu dilakukan untuk memperkuat citra produk pertanian Tochigi yang sempat turun drastis karena kasus kontaminasi radioaktif. Caranya, hasil penelitian dicetak melalui selebaran-selebaran dan disebarkan kepada masyarakat. Pemerintah Tochigi juga secara rutin meng-update situs mereka yang berisi informasi tingkat kontaminasi radioaktif dalam roduk pertanian.
“Kami membuka stan di mal-mal besar untuk memasarkan produk pertanian Tochigi yang dilengkapi informasi hasil uji kontaminasi. Pemerintah juga rajin mengadakan bazar di prefektur lain dengan cara-cara yang sama,” ujarnya.
Hasil dari berbagai upaya itu mulai terlihat pada pertengahan April hingga Mei 2011. Dalam rentang waktu itu, harga eceran produk pertanian Tochigi kembali normal secara perlahan.
Untuk mengatasi kandungan radioaktif di permukaan tanah, pemerintah juga melakukan pengujian dengan acuan ambang batas maksimal 5.000 bacquerel per meter persegi. Permukaan tanah pertanian yang melebihi ambang batas tersebut langsung diganti. Tidak hanya untuk tanah pertanian, hal yang sama juga dilakukan terhadap tanah di halaman sekolah dasar.
Selanjutnya, permukaan tanah itu disimpan dan sedang dikaji tindakan selanjutnya. “Hujan yang turun setelah terjadi ledakan reaktor di PLTN Fukushima Daiichi berpotensi mengakibatkan radioaktif di permukaan tanah. Banyak orang tua yang khawatir anak-anak mereka yang masih kecil akan terkena radioaktif ketika bermain di sekolah. Karena itu, pemerintah memutuskan untuk mengganti permukaan tanah itu,” papar Takayama.