Top Headlines

06 June, 2009

The Secrets of RA Kartini (siapa dia sebenarnya?)


http://www.blogger.com/img/blank.gif

Jika engkau mengetahui tentang rahasia dari habis gelap terbitlah terang ? niscaya engkau akan mengagumi pemikiran wanita asal jepara ini,

Dilahirkan pada tanggal 21 April 1879, berasal dari keluarga ningrat jawa, Ia merupakan anak ke lima daari 11 bersaudara kandung dan tiri. Ia merupakan anak perempuan tertua, di usianya yang ke 12 Kartini bersekolah di europese lagree school disini Kartini mendapat pengetahuan belajar bahasa Belanda namun setelah usia 12 tahunan Kartini di pingit oleh pihak keluarga.

Berdiam diri dirumah tidak membuat Kartini terkekang dengan dunia luar, dengan kemampuan berbahasa Belanda, Kartini mulai menulis surat dan belajar sendiri, kepada teman-teman korespondesinya di belanda Kartini menceritakan ide dan sitausi yang dialaminya di jawa, Kartini memiliki sahabat korespondensi JH Abendano, Abendano kemudian mengumpulan surat-surat Kartini kemudian disusun menjadi buku. JH Abendano sebenarnya pada saat itu menjabat menteri Kebudayaan, Agama, dan kerajianan Hindia Belanda.

Surat-surat Kartini di terbitkan dalam bentuk buku pertama kalipada tahun 1911 yang dalam bahas belanda dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Dari Gelapke Cahaya) buku tersebut sudah cetak belasann kali di negeri belanda pada saat itu. Sementara versi lain buku itu yang diterbitkan dalam bahasa melayu oleh Balai Pustaka dengan Armin Pane, seorang sastrawan punjangga baru sebagai salah satu penerjemahnya. Dalam judul terjemahan sebenarnya adalah Dari Gelap Menuju Cahaya menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang

Gagasan Kartini yang sebanarnya adalah bukan menyamakan hak dan kewajiban yang anatar lelaki dan wanita sebagaimana yang di kumandangkan kaum feminis dan emansipasi, pemikiran Kartini adalah Kartini ingin memberdayakan kaum wanita. Kartini rela dinikahi Raden Adipati Ario Singgih Djoj Adhiningrat yang pada saat itu memilki tiga istri dan enam orang anak. Sehingga tidak spatutnya kaum feminis dan emansipasi menjadikan Kartini sebagai symbol dari gerakan mereka. Hal ini di dasari bahwa kaum feminis dan emansipasi sangat menentang poligami disisi lain Kartini rela di poligami.

Kartini sendiri menikah pada 12 november 1903, sepuluh bulan kemudian ia melahirkan seorang anak pada 13 september 1904. Empat hari setelah melahirkan, tepatnya 17 september 1904 Kartini meninggal dunia dalam usia yang masih muda, 25 tahun jenasnya di makamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang

The fact and the secrets of Kartini

Pada 1899 dalam sebuah suratnya, Kartini yang berhak menyandang gelar RA (Raden Adjeng) itu menulis kepada temannya “panggil aku Kartini saja, itulah namaku!” Kartini ingin menanggalkan gelar kebangsawanannya. Dengan kata lain Kartini ingin menunjukan pemberontakan atas kuatnya hegemoni budaya feodalistik kaum ningrat jawa kala itu.

Pada tanggal 31 januari 1903 dalam sebuah suratnya kepada JH Abendanon menunjukkan perhatiannya pada praktik hubungan antar agama Islam dan Kristen. Secara berani Kartini menggugat praktik kristenisasi di Hindia Belanda. “Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka kristenisasi? Bagi orang islam, melepaskan keayakinan sendiri untuk meeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya”. Pada intinya kartini menegaskan jangan menkristenkan orang lain yang sudah berkeyakinan islam.

Asall muasal judul “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG” ternyata bermula terkesanan Kartini terhadap isi surat Al Baqarah ayat 257 “Bahwa Allah pelindung orang-orang yang beriman; di mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)” atau dalam bahasa arabnya “Minazh Zhulumatin ila Nur”.

Satu fakta menarik bahwa Kartini memiliki forum pengajian Islam yng di bawakan oleh Mohammad Sholeh bin Umat atau lebih dikenal dengan nama kyai sholeh Darat. Dalam forum pengajian ini Kartini dan teman-temannya menimba Ilmu agama dan ilmu yang lain.

Kepada gurunya Kartini mengajukan pertanyaan “ Kyai, selama hidupku, baru kali ini aku sempat mengerti makna dan arti surah Al Fatihah yang isinya menggetarkan sanubariku,. Maka bukan buatan ras syuku hatiku kepada Allah. Naun au heran tak habis habisnya, mengapa selama ini para ualama kita melarang keras penerjemahan dan pentafsiran Al Quran dalam bahasa jawa. Bukankah Al Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?” Setelah pertemuan tersebut kyai sholeh darat tergugah hatinya untuk menerjemahkan al Quran kedalam bahas jawa.

Saat Pernikahannya, Kartini pernah mendapat hadiah terjemahan al Quran (Faizhur Rahman Fit Tafsiri Qur’an) dari gurunya jilid 1 yang terdiri dari 13 juz, mulai dari al fatihah sapai ibrahim. Sayang tak lama setelah itu kyai sholeh darat wafat sehingga belum sempat menyelesaikan tejemahaan al Quran.

Mulai saat itulah Kartini mempelajari Islam dalam arti sesunguhnya. Kartini bertekad memenuhi panggilan surat al Baqarah ayat 193 untuk memperbaiki itra islam yang selalu dijadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah. Kartini dengan bahasa halus menyatakan “moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang agama Islam patut disukai”.

Kartini adalah sosok keteladanan bagi bangsa dan negara Indonesia. Kecerdasan, kemampuan menulis dan pembelaanya terhadap islam hendaknya menjadi cermin bagi umat islam Indonesia. Sementara Gagasan pemberdayaan wanita serta pengalaan hidupnya, keliru disebut sebagai perjuangan kesetaraan gender sebagaimana yang diutarakan oleh para aktifs feminis dan emansipasi Wallahu a’lam bish shawab

0 komentar:

Post a Comment

Saran dan KIritik terhadap blog ini akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan dan kekreatifan blog ini

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More